SUARAJATIM - Di tengah derap pembangunan ekonomi kerakyatan, PT PLN (Persero) meluncurkan Power UMK Hub di Kantor Pusat PLN, Jakarta. Ruang yang diresmikan pada Jumat (21/2) ini bukan sekadar etalase bisnis, melainkan simpul strategis bagi Usaha Mikro dan Kecil (UMK) binaan PLN untuk mengakses pelatihan, pendampingan, dan perluasan pasar.
![]() |
Staff Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga (kedua dari kanan) saat meninjau produk Usaha Mikro dan Kecil (UMK) yang berada di Power UMK Hub. |
Inisiatif ini mendapat sorotan positif dari Kementerian BUMN, yang menilai langkah ini sebagai komitmen nyata PLN dalam mendorong daya saing UMK di kancah nasional.
Dari Pemasaran hingga Keberlanjutan: Ruang Berkembang bagi UMK
Arya Sinulingga, Staf Khusus Menteri BUMN, menyebut Power UMK Hub sebagai jawaban atas kegelisahan pelaku UMK yang kerap kesulitan menembus pasar institusi. “Dengan space ini, produk UMK bisa langsung diakses oleh karyawan PLN dan mitra strategis. Ini langkah konkret yang patut diapresiasi,” ujarnya saat peresmian. Tak sekadar transaksi, ruang seluas 120 meter persegi ini menjadi kanal dialog antara UMK dengan konsumen, mempertemukan produk lokal dengan selera pasar modern.
Darmawan Prasodjo, Direktur Utama PLN, menegaskan bahwa UMK adalah tulang punggung ekonomi Indonesia. “PLN tak hanya menyediakan listrik, tetapi juga menjadi mitra penggerak inovasi. Power UMK Hub adalah bukti bahwa kami serius memberdayakan UMK agar lebih kompetitif, baik di pasar domestik maupun global,” tegasnya. Menurutnya, pendampingan di sektor hilir menjadi kunci, terutama setelah UMK binaan PLN menjalani pelatihan teknis dan pengembangan produk.
671 Produk, 43 UMK, dan Cerita di Balik Layar
Gregorius Adi Trianto, EVP Komunikasi dan TJSL PLN, membeberkan bahwa Power UMK Hub menampilkan 671 produk dari 43 UMK binaan yang berasal dari Rumah BUMN Gunung Kidul, Pacitan, Blitar, hingga HUB UMK Jaya. “Setiap produk membawa narasi unik. Mulai dari tenun khas Nusa Tenggara hingga kerajinan daur ulang dari Jawa Timur. Ini bukan sekadar dagangan, tapi potret keberagaman Indonesia,” paparnya.
Yang menarik, booth pameran di Power UMK Hub dirancang dengan prinsip keberlanjutan. Sebanyak 320 kilogram sampah plastik—seperti tutup botol dan kemasan skincare—didaur ulang menjadi material penyangga display. “Kami ingin UMK tak hanya unggul secara bisnis, tetapi juga berkontribusi pada pelestarian lingkungan,” tambah Gregorius. Langkah ini sejalan dengan komitmen PLN dalam mengakselerasi transisi energi hijau dan ekonomi sirkular.
Kolaborasi dan Masa Depan Ekonomi Kerakyatan
Kehadiran Power UMK Hub juga membuka peluang kolaborasi antar-UMK. Misalnya, produk makanan olahan dari Gunung Kidul bisa dipadukan dengan kemasan ramah lingkungan hasil kreasi UMK binaan di Jawa Barat. “Di sini, mereka belajar saling melengkapi. Ini penting untuk menciptakan ekosistem bisnis yang saling menguatkan,” ujar Gregorius.
PLN berencana memutar produk yang dipajang setiap 3-6 bulan, memberi kesempatan pada UMK dari daerah lain untuk menampilkan karya mereka. Kedepan, model serupa akan diadopsi di kantor PLN wilayah lainnya, memperluas jangkauan pasar UMK hingga ke tingkat daerah.
Arya Sinulingga berharap inisiatif ini menginspirasi BUMN lain. “PLN sudah memberi contoh bagaimana BUMN bisa menjadi jembatan antara UMK dengan pasar. Semoga ini menjadi awal dari gerakan besar untuk mendorong ekonomi kerakyatan,” tuturnya.
Power UMK Hub bukan sekadar ruang pamer. Ia adalah manifesto dari upaya kolektif membangun ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Di balik deretan produk yang tertata rapi, tersimpan cerita tentang tangan-tangan kreatif yang gigih, tentang komunitas yang bangkit, dan tentang BUMN yang hadir sebagai sahabat bagi usaha kecil. Seperti api yang menyulut semangat, PLN berikhtiar agar setiap usaha mikro tak lagi berjuang sendirian di tengah gelombang pasar global.