SUARAJATIM – Kasus perundungan (bullying) di lingkungan sekolah kembali mencuat di Kota Pahlawan. Merespons hal tersebut, Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kota Surabaya menyerukan langkah tegas untuk melawan praktik ini.
Aksi nyata Pengurus dan Kader PSI Surabaya untuk kampanye gerakan stop kekerasan dan bullying terhadap anak dalam rangka Hari Anak Internasional 2024, belum lama ini. |
Pelaksana Tugas (Plt) Ketua DPD PSI Kota Surabaya, Shobikin, menyayangkan terulangnya insiden kekerasan terhadap anak di sekolah. Ia menilai, fenomena ini telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan dan membutuhkan perhatian serius dari semua pihak.
“Fenomena bullying dan tindak kekerasan lainnya di lingkungan pendidikan harus menjadi kesadaran kolektif dan mendapat perhatian semua pihak,” ujar Shobikin dalam keterangan tertulis pada Jumat (13/12/2024).
Shobikin mengingatkan bahwa sejumlah kasus bullying di Surabaya, seperti yang terjadi di SMAK Gloria 2 dan sebuah SMA swasta di Siwalankerto, belum sepenuhnya hilang dari ingatan masyarakat. Namun, kasus baru kembali muncul di salah satu SMP Negeri di Surabaya, mencerminkan belum optimalnya upaya pencegahan.
Sebagai langkah nyata, DPD PSI Kota Surabaya menyampaikan tiga poin sikap:
1. Mendorong kebijakan strategis dari Pemerintah Kota Surabaya. PSI meminta Wali Kota Surabaya melalui Dinas Pendidikan untuk memberikan perhatian khusus dan mengambil langkah-langkah konkret agar kekerasan terhadap anak tidak lagi terjadi di sekolah.
2. Maksimalisasi pengawasan di lingkungan sekolah. PSI meminta semua penyelenggara pendidikan, khususnya tingkat dasar dan menengah, memastikan lembaga pendidikan mereka bebas dari kekerasan. Hal ini dapat dilakukan melalui pengawasan efektif dan optimalisasi peran guru Bimbingan Konseling (BK).
3. Kolaborasi masyarakat Surabaya melawan kekerasan. Selama tindak kekerasan terhadap anak dan perempuan masih terjadi, PSI berkomitmen terus bergerak. Mereka mengajak masyarakat untuk berkolaborasi mewujudkan kesadaran kolektif dalam melawan kekerasan.
“Langkah ini penting agar Surabaya benar-benar menjadi kota dunia yang ramah anak dan perempuan,” tegas Shobikin.
Kejadian bullying yang baru-baru ini viral mengungkap sisi kelam lingkungan pendidikan di Surabaya. Kasus ini pertama kali disorot oleh seorang content creator asal Surabaya, Andy Sugar. Dalam video berdurasi enam menit yang diunggah pada Selasa (10/12/2024), Andy berbincang dengan CW (14), seorang siswa kelas IX di sebuah SMP Negeri.
CW mengaku menjadi korban bullying oleh enam teman sekelasnya. Ia bahkan kerap dijuluki “hama” oleh para pelaku, tidak hanya di sekolah tetapi juga di tempat publik. Lebih miris, pihak sekolah yang seharusnya melindungi CW justru dinilai abai.
Menurut pengakuan CW dalam video tersebut, sekolah mendesaknya untuk mencabut laporan yang telah ia buat di Polres Tanjung Perak. Bahkan, ancaman tidak naik kelas sempat dilontarkan jika CW tetap melanjutkan laporan.
Shobikin menegaskan, masalah ini tidak bisa dibiarkan. Ia mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersatu mengakhiri praktik bullying yang telah merusak masa depan anak-anak.
“Ini bukan hanya tugas pemerintah atau sekolah, tetapi tanggung jawab kita semua. Kolaborasi adalah kunci untuk menghapus kekerasan dari lingkungan pendidikan,” tutupnya.
PSI berharap pemerintah kota segera mengambil langkah-langkah strategis agar kasus seperti ini tidak terulang. Surabaya diharapkan menjadi teladan sebagai kota ramah anak, di mana setiap siswa merasa aman dan terlindungi saat menempuh pendidikan.
Dalam upaya pencegahan, PSI menilai peran guru BK harus lebih dioptimalkan. Mereka diharapkan tidak hanya sebagai konselor, tetapi juga sebagai mediator yang mampu mendeteksi potensi konflik atau bullying di sekolah sejak dini.