SUARAJATIM - Maraknya aksi kekerasan di lingkungan pendidikan di Surabaya menjadi sorotan serius bagi berbagai pihak, termasuk Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Surabaya. Berbagai insiden kekerasan baru-baru ini, seperti di SMA Gloria 2 dan kasus ALF, siswa SMA Swasta Siwalankerto, dianggap sebagai alarm untuk segera mengambil tindakan konkret demi melindungi para pelajar dari dampak buruk kekerasan di sekolah.
PSI Surabaya serukan perlawanan terhadap perundungan di sekolah-sekolah Surabaya |
PSI Surabaya, melalui Dewan Pimpinan Daerah Kota Surabaya, menyatakan keprihatinan mendalam terkait peningkatan kasus bullying dan premanisme di sekolah-sekolah.
Dalam pernyataannya, mereka menegaskan bahwa kekerasan dalam bentuk apa pun di lingkungan pendidikan dapat menghambat perkembangan akademik dan mental para siswa. Selain itu, kondisi seperti ini dianggap merusak iklim sekolah yang seharusnya menjadi tempat aman dan nyaman untuk belajar.
Sikap PSI dalam Melawan Kekerasan di Sekolah
Merespons fenomena tersebut, PSI Surabaya mengambil sikap tegas dengan beberapa poin pernyataan. Shobikin, S.Sos., MM., selaku Pelaksana Tugas Ketua PSI Surabaya, menyampaikan beberapa langkah yang perlu diambil untuk menanggulangi isu ini:
1. Mengutuk keras kekerasan di lingkungan pendidikan. PSI menyatakan tidak mentolerir segala bentuk kekerasan di sekolah. Setiap pelaku yang terlibat dalam aksi kekerasan harus ditindak sesuai hukum agar menjadi pelajaran bagi semua pihak.
2. Mendesak penegak hukum dan pemerintah kota. PSI mengajak aparat penegak hukum serta Pemerintah Kota Surabaya untuk bersikap tegas terhadap para pelaku kekerasan di sekolah. Langkah hukum yang tegas dinilai penting untuk memberikan efek jera dan menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih aman.
3. Mendorong peran aktif sekolah dalam pencegahan kekerasan. PSI menghimbau pihak sekolah untuk lebih proaktif dalam mencegah terjadinya kekerasan dengan aksi konkret. Pendekatan pencegahan dianggap lebih efektif dalam menciptakan lingkungan positif bagi siswa.
4. Mengajak kolaborasi masyarakat. PSI juga mengundang semua komponen masyarakat Surabaya untuk bersama-sama melawan perundungan dan premanisme di sekolah. Partisipasi seluruh elemen masyarakat diyakini mampu menciptakan perubahan yang lebih baik.
PSI Surabaya berharap melalui tindakan kolaboratif dan proaktif, sekolah di Surabaya dapat menjadi tempat yang lebih kondusif bagi perkembangan siswa. “Kita perlu melindungi generasi penerus dari dampak negatif kekerasan,” ujar Shobikin.