PLN Gunakan Limbah Operasional dari Bank Indonesia NTT sebagai Bahan Co-firing di PLTU Bolok

SUARAJATIM - PT PLN (Persero) menjalin kemitraan dengan Bank Indonesia (BI) untuk memanfaatkan limbah operasional BI sebagai bahan co-firing di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Bolok di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Kolaborasi ini mendukung upaya transisi energi serta pengurangan emisi karbon di Indonesia.

PLN bekerja sama dengan Bank Indonesia NTT memanfaatkan limbah operasional untuk co-firing di PLTU Bolok, Kupang.
Petugas operator boiler di PLTU Bolok, Kupang memeriksa proses pembakaran campuran bahan bakar batu bara, limbah operasional BI dan biomassa.


Kerja sama tersebut diawali dengan penandatanganan Berita Acara Pelaksanaan Pilot Project antara PLN Unit Induk Wilayah (UIW) NTT dan Kantor Perwakilan BI Provinsi NTT pada Kamis (29/8) di PLTU Bolok, Kupang.

Limbah yang sebelumnya dihancurkan dan dibuang di tempat pembuangan akhir kini diolah menjadi bahan campuran pengganti batu bara dalam proses pembangkitan listrik.

Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menegaskan bahwa PLN terus melakukan inovasi untuk mencapai target netralitas karbon pada 2060. Ia menyatakan bahwa kolaborasi dengan BI ini tidak hanya mengurangi emisi karbon tetapi juga memberikan solusi bagi pengolahan limbah.

"Inovasi ini kami lakukan untuk mencapai target net zero emissions pada 2060. Selain itu, program Waste to Energy ini membantu memanfaatkan limbah menjadi lebih berguna," ujar Darmawan.

General Manager PLN UIW NTT, Ajrun Karim, menambahkan bahwa penggunaan co-firing di PLTU Bolok merupakan bagian dari upaya PLN untuk meningkatkan penggunaan energi terbarukan.

"Sampai Juli 2024, PLN NTT telah mencampurkan 2.872,07 ton biomassa, setara dengan 1,43% dari bauran energi, dan mengurangi emisi CO2 sebesar 3.331 ton," jelas Ajrun.

Kepala Perwakilan BI Provinsi NTT, Agus Sistyo Widjajati, menjelaskan bahwa sinergi dengan PLN ini bertujuan mengurangi emisi karbon. BI berkomitmen untuk terus menyediakan pasokan biomassa bagi PLN hingga Juli 2025.

"Kerja sama ini bertujuan memanfaatkan limbah operasional menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat, daripada sekadar dibuang," kata Agus.

LihatTutupKomentar