SUARAJATIM - PT PLN (Persero), melalui anak perusahaannya PT PLN Indonesia Power (PLN IP) dan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE), menandatangani perjanjian konsorsium untuk pengembangan dua Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), yakni PLTP Lahendong Binary Unit dengan kapasitas 15 MW dan PLTP Ulubelu Binary Unit dengan kapasitas 30 MW.
Tampak udara Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Ulubelu 110 MW di Tanggamus, Lampung. |
Kesepakatan ini dilakukan dalam acara Indonesia International Geothermal Convention and Exhibition (IIGCE) Ke-10 yang berlangsung di Jakarta pada Rabu, 18 September 2024.
Kolaborasi ini merupakan bagian dari upaya PLN Group dalam memaksimalkan potensi energi baru terbarukan untuk mencapai target Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060, atau lebih cepat.
Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, menyatakan bahwa meskipun Indonesia memiliki potensi panas bumi yang sangat besar, pemanfaatannya masih belum optimal. "Saat ini, baru sekitar 11 persen dari total potensi panas bumi Indonesia yang sudah dimanfaatkan. Untuk mempercepat kontribusi investor dalam menyediakan energi hijau, proses perizinan yang saat ini memakan waktu hingga enam tahun harus segera dipersingkat," ujar Presiden Joko Widodo.
Presiden juga menekankan bahwa PLN dan pihak-pihak terkait telah menunjukkan komitmen dalam mengembangkan energi panas bumi. Dia berharap lebih banyak lagi potensi energi ini yang dapat dimaksimalkan guna mengatasi tantangan trilema energi yang dihadapi negara.
Penandatanganan Consortium Agreement antara PLN Indonesia Power dengan Pertamina Geothermal Energy terkait pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Ulubelu Binary Unit 30 MW dan PLTP Lahendong Binary Unit 15 MW yang dilakukan oleh Plh. Direktur Utama PLN Indonesia Power (Direktur Pengembangan Bisnis dan Niaga), Bernadus Sudarmanta (kedua dari kanan) dan Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy, Julfi Hadi (kedua dari kiri), serta disaksikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia (tengah), Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo (kanan), dan Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati (kiri). |
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menambahkan bahwa dalam sepuluh tahun terakhir, kapasitas energi panas bumi di Indonesia telah meningkat dua kali lipat. "Energi panas bumi bisa menjadi instrumen utama untuk meningkatkan porsi energi baru terbarukan dalam bauran energi nasional," katanya.
Bahlil juga menyatakan bahwa pemerintah siap mendukung pengembangan energi panas bumi dengan mempercepat regulasi dan proses perizinan yang selama ini menjadi hambatan.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menegaskan bahwa pengembangan energi panas bumi menjadi prioritas utama PLN dalam mencapai target NZE 2060. Kerja sama antara PLN IP dan PGE ini adalah bukti nyata komitmen PLN dalam mendukung bauran energi terbarukan di Indonesia. "Transisi energi membutuhkan kolaborasi. Apa yang kita tanda tangani hari ini adalah langkah penting dalam pengembangan panas bumi nasional," ujar Darmawan.
Sementara itu, Direktur Utama PLN IP, Edwin Nugraha Putra, menjelaskan bahwa energi panas bumi memiliki keunggulan stabilitas yang tidak tergantung pada cuaca, menjadikannya andalan dalam pengembangan energi terbarukan. Dengan demikian, PLN IP berkolaborasi dengan PGE untuk memaksimalkan potensi ini. Edwin menambahkan, kerja sama ini mencakup pengembangan PLTP Cogeneration (Binary Unit) di beberapa wilayah kerja panas bumi milik PGE dengan total potensi kapasitas mencapai 230 MW.
"Proyek ini merupakan bagian dari percepatan transisi energi dan mendukung kebijakan nasional dalam pencapaian National Determined Contribution (NDC) serta program Net Zero Emissions," jelas Edwin.