SUARAJATIM - PT PLN (Persero) meraih penghargaan Anugerah Ekonomi Hijau dalam kategori Infrastruktur Energi Baru Terbarukan (EBT) Ramah Lingkungan pada Selasa (30/7) di Jakarta. Penghargaan ini diberikan sebagai pengakuan atas dedikasi perusahaan dalam mempromosikan transisi energi melalui pengembangan dan peningkatan pembangkit EBT di Indonesia.
Foto aerial PLTS IKN di Kalimantan Timur. Sejak Februari 2023, PLTS ini telah mengalirkan listrik untuk kawasan IKN dengan kapasitas 10 megawatt. Jumlah tersebut akan bertambah hingga mencapai 50 megawatt pada akhir tahun 2024. |
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya Bakar, menekankan pentingnya transisi energi dan pengembangan ekonomi hijau dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta mengurangi emisi dan polusi. "Ekonomi hijau adalah pendekatan ekonomi yang berfokus pada kesejahteraan manusia dan sosial, sekaligus mengurangi risiko lingkungan," ujarnya.
Pemimpin Redaksi Detikcom, Alfito Deannova Ginting, menjelaskan bahwa Anugerah Ekonomi Hijau merupakan bentuk penghargaan bagi program dan inisiatif yang mendukung pembangunan berkelanjutan. Ia menambahkan bahwa ekonomi hijau mencakup pertimbangan lingkungan dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menyatakan bahwa penghargaan ini menjadi dorongan bagi PLN untuk terus mendukung transisi energi, guna mengatasi perubahan iklim global. "Ini adalah hasil dari kerja keras seluruh tim PLN dalam mendorong transisi energi, dan akan menjadi motivasi untuk terus melangkah demi masa depan yang lebih baik," katanya.
Direktur Transmisi dan Perencanaan Sistem PLN, Evy Haryadi, menjelaskan bahwa PLN terus berupaya dalam transisi energi, termasuk dengan mengembangkan pembangkit EBT dan infrastruktur pendukungnya. Ia menyoroti keberhasilan operasi PLTS terapung Cirata di Jawa Barat dengan kapasitas 192 megawatt peak (MWp) dan PLTS di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara dengan kapasitas awal 10 megawatt dari total 50 megawatt yang direncanakan.
PLN juga berkomitmen untuk mengembangkan EBT secara agresif melalui Accelerated Renewable Energy Development (ARED), yang menargetkan 75% dari kapasitas pembangkit baru berasal dari EBT dan 25% dari gas hingga tahun 2040. "Transisi energi adalah keharusan untuk mencegah pemanasan global dan menjamin masa depan yang lebih baik," tutup Evy.