Eksotika Bromo 2024: Pesona Budaya dan Alam yang Harmonis di Tengah Lautan Pasir

SUARAJATIM - Eksotika Bromo 2024 kembali hadir dengan mengusung tema "Ruwat Rawat Segara Gunung," yang menggambarkan keharmonisan antara manusia, alam, dan Tuhan. Acara yang berlangsung pada 27-28 Juli 2024 di hamparan Lautan Pasir Bromo ini dihadiri oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, serta berbagai seniman dari dalam dan luar negeri.
Pembukaan Eksotika Bromo 2024 di Lautan Pasir Bromo dengan latar belakang Gunung Bromo yang megah.
Tahun ini, Eksotika Bromo menjadi salah satu dari tujuh event unggulan Jawa Timur yang berhasil masuk dalam Karisma Event Nasional (KEN) 2024. Menggabungkan tiga elemen kehidupan manusia—Tengger dan budayanya, Bromo dan alamnya, serta Jawa Timur dan keseniannya—acara ini memberikan pengalaman spiritual melalui ekspresi budaya yang menyatu dengan keindahan alam.

Hamparan Lautan Pasir di kaki Gunung Bromo, yang dikelilingi oleh Pasuruan, Malang, Probolinggo, dan Lumajang, menjadi panggung alami bagi acara ini. Di lokasi ini, bambu-bambu tertancap kuat membentuk areal panggung yang dihiasi kain putih dan bendera merah-hitam. Cuaca cerah pada hari pertama acara memperlihatkan keindahan Gunung Bromo dengan jelas, termasuk asap yang membubung dari kawahnya.

Pembukaan acara dimeriahkan oleh penampilan Daul Lanceng Senopati dari Pamekasan, Madura. Musik Daul yang ritmis dan rancak, dipadukan dengan tarian empat penari dan can-macanan, membawa nuansa meriah. Lagu-lagu Madura seperti "Aduh Angin" dan "Pajer Leguh" mengisahkan kerinduan dan kerja keras masyarakat Madura.

Heri Lentho, pembina komunitas seni Jatiswara dan penyelenggara acara, menyatakan bahwa acara ini bertujuan untuk merawat kebudayaan dan alam sekitar. Sebelum acara dimulai, dilakukan prosesi doa oleh Romo Dukun, pemimpin adat Hindu Tengger. Kidung Tengger, lagu daerah yang dinyanyikan dengan kain putih dibentangkan di atas kepala, menyambut kedatangan Sandiaga Uno yang kemudian diberikan cinderamata berupa bibit pohon cemara dan bunga edelweis.
Sandiaga Uno dalam sambutannya mengungkapkan kekagumannya terhadap Eksotika Bromo dan berharap acara ini terus berkelanjutan. "Melalui Eksotika Bromo ini, mari bersama-sama menyemai dan menumbuhkan kembali nilai-nilai luhur Bangsa Indonesia," ujarnya.
Acara ini juga dihadiri oleh seniman internasional, termasuk Hwanghaedo Pyeongsan Sonoreumgut dari Korea Selatan. Tarian dan musik ritmis yang dipadukan dengan kostum tradisional hanbok menciptakan suasana kebersamaan antara pemain dan pengunjung. Penampilan ini menjadi bukti bahwa budaya dapat menyatukan berbagai bangsa.
Selain itu, tari Larak dari Bengkulu yang dibawakan oleh Sanggar Tari Rajamuda juga turut memeriahkan acara. Tarian yang mengisahkan wafatnya Hasan dan Husein ini ditampilkan dengan alat musik pukul dol yang besar dan kecil. Nomelia Lubis, pimpinan Sanggar Tari Rajamuda, mengungkapkan bahwa tari Larak dalam tradisinya selalu ditampilkan pada 1-10 Muharram.
Eksotika Bromo 2024 juga menjadi ajang bagi seniman lokal untuk unjuk kebolehan. Pada hari pertama, penampilan dari berbagai komunitas seni seperti Jaranan Slining Tengger Lumajang, Reog Kendang Sawunggaling oleh Sanggar Tari Pandu Siwi, dan Tari Ghendis oleh Sanggar TiDYF Surabaya, menunjukkan kekayaan budaya Jawa Timur.

Hari kedua acara tidak kalah meriah dengan penampilan Daul Lanceng Senopati Pamekasan, Tari Rikki Rikki Balasuji oleh Komunitas Seni Bi'armi Allo, Studio Tari 417 Makassar dengan Tari Pattajeng Durian, serta Reog & Jaranan oleh RMS.

Heri Lentho, selaku penyelenggara, mengungkapkan kebanggaannya terhadap Eksotika Bromo yang telah memasuki tahun ke-8 dan mendapat apresiasi dari berbagai kementerian. "Kementerian Kemendikbud juga sudah mengukuhkan bahwa sampai tahun 2027 akan dijadikan sebagai program prioritas," ujarnya. Heri juga menyoroti dampak positif acara ini terhadap masyarakat sekitar, terutama dalam hal okupansi hotel dan homestay.
Eksotika Bromo 2024 tidak hanya menjadi ajang perayaan budaya, tetapi juga menjadi bukti nyata bahwa keharmonisan antara manusia, alam, dan Tuhan dapat terwujud melalui ekspresi seni dan kebudayaan. Dengan berbagai penampilan yang memukau, acara ini berhasil menciptakan pengalaman yang tak terlupakan bagi semua pengunjung.(*)
LihatTutupKomentar