- Sejumlah akademisi yang tergabung dalam PERHEPI, mengajak masyarakat mengenal lebih jauh tentang kondisi ketahanan pangan Indonesia melalui buku terbaru berjudul "Stabilitas Pangan: Menjawab Tantangan dan Solusi Dalam Ketahanan Pangan Nasional".
Jakarta, Suarajatim.com – Sejumlah akademisi yang tergabung dalam Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI), menaruh perhatian khusus pada Perum BULOG yang mengalami pergeseran fungsi.
Semula, pada masa sebelum reformasi, Perum BULOG bertugas sebagai pengatur kebijakan dan operator distribusi pangan. Namun saat ini, fungsinya beralih hanya sebatas menjalankan tugas sebagai operator pelaksana kebijakan distribusi pangan yang diregulasi oleh pemerintah.
Hal ini menjadi topik utama dalam acara diskusi publik dan peluncuran buku bertajuk "Pentingnya Stabilitas Pangan di Indonesia" yang digawangi oleh PERHEPI, pada Jumat, 31 Mei lalu.
“Apakah stabilisasi pangan diperlukan bagi negara sebesar Indonesia? Tantangan yang dihadapi semakin besar dan nyata, yaitu tantangan krisis iklim, ketidakpastian geopolitik global, juga tantangan rantai pasok yang tidak hanya terjadi di Indonesia, bahkan di dunia. Tantangan ini yang harus dijawab bersama,” kata Bayu Krisnamurthi, Direktur Utama Perum BULOG dalam pidatonya.
Bayu melanjutkan, bahwa stabilitas pangan adalah sesuatu yang harus diperjuangkan bersama-sama, karena menyangkut kondisi ekonomi bersama.
Menurutnya, cara menjaga stabilitas pangan adalah dengan penguatan peran Perum BULOG, diversifikasi sumber pangan, dan pemanfaatan teknologi. Upaya ini akan menghindarkan rakyat dari ekonomi middle income trap.
“Memang di Indonesia, stabilisasi kebutuhan pokok, termasuk beras sebagai pangan, sangatlah penting. Karena setiap orang pasti membutuhkan makan. Terutama ketersediaannya dengan harga yang terjangkau bagi konsumen dan juga menguntungkan petani,” kata Jusuf Kalla yang juga hadir di acara tersebut.
Ketua Umum PERHEPI, Bustanul Arifin menambahkan, melalui buku yang diluncurkannya tersebut, masyarakat akan mendapatkan analisis mendalam tentang bagaimana stabilitas pangan di Indonesia beserta solusi konkret dari setiap masalahnya.
"Buku ini penting untuk dibaca oleh semua pihak yang ingin memahami dan berkontribusi dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional," ujar Arifin.
Kondisi stabilitas pangan di Indonesia saat ini masih tergolong kurang ideal. Hal ini ditandai dengan harga pangan yang fluktuatif, serta ketergantungan pada impor bahan pangan. Inilah yang menjadi pekerjaan rumah bersama.
Hal-hal tersebut juga dibahas oleh para narasumber pada saat diskusi panel, antara lain oleh Prof. Dr. Mohammad Ikhsan-Ekonom UI dan Staf Khusus Menteri BUMN, Prof. Dr. Hermanto Siregar-Rektor Perbanas Institute, Dr. Netti Tinaprila-Dosen Agribisnis Universitas IPB, Epi Sulandari-Kepala Divisi Perencanaan Operasional dan Pelayanan Publik Perum BULOG dan Muhammad Kurniawan-Wartawan Harian.
Buku "Stabilitas Pangan: Menjawab Tantangan dan Solusi Dalam Ketahanan Pangan Nasional" ditulis dan disunting oleh para akademisi, praktisi, dan ekonom pangan yang berjumlah 11 orang ini, sudah dapat dibeli di toko buku daring dan luring terkemuka di seluruh Indonesia.
"Buku ini diharapkan dapat memicu diskusi konstruktif dan implementasi kebijakan yang efektif untuk mencapai stabilitas pangan berkelanjutan di Indonesia," tutup Bayu.