- Studi menunjukkan, dalam beberapa dekade terakhir perhatian manusia terhadap suatu hal menurun secara signifikan. Hal ini dikarenakan penggunaan internet dan perangkat digital secara berlebihan. Lalu apa hubungannya dengan popcorn? Berikut penjelasannya.
Suarajatim.com - Sejak gadget berkembang kian pesat, manusia jadi cenderung lebih senang menyendiri sambil memandang khusyuk ke layar. Pemandangan seperti ini lazim terlihat. Dari anak muda, orang tua, hingga anak-anak semakin tak terpisahkan dengan smartphone.
Semua orang sadar bahwa penggunaan perangkat digital yang berlebihan akan memberi dampak negatif. Namun semakin kesini, "berlebihan" itu sendiri semakin sulit didefinisikan dan distandardisasi.
Dosen Prodi Bimbingan Konseling dari Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya Kampus Madiun Felix Trisuko Nugroho menjelaskan, gadget mampu melumpuhkan otak manusia. Dan efeknya akan semakin dahsyat pada anak-anak.
Menurut Felix, jangan bangga dulu ketika anak Anda terlihat fokus dan serius pada perangkat digitalnya. Saat itu sebenarnya anak bukan sedang berkonsentrasi melainkan sedang 'dikendalikan'.
"Jika anak terbiasa melakukan banyak hal sekaligus di perangkat digitalnya, maka struktur otak cenderung tidak bisa beradaptasi dengan dunia nyata. Penggunaan perangkat digital secara membabi-buta, mengakibatkan orientasi otak akan kebal terhadap stimulus yang diberikan," katanya di Youtube RRI Madiun yang diunggah 23 Februari 2024.
Gadget akan memberi stimulasi berlebihan pada otak manusia. Secara otomatis otak juga akan terus merespons stimulus-stimulus tersebut secara kuat sehingga meletup-letup seperti brondong jagung yang sedang dimasak. Inilah yang disebut Popcorn Brain.
Konten-konten di internet, serta banyaknya aplikasi yang digunakan dalam satu gadget, membuat fokus otak berpindah-pindah dengan cepat dari satu hal ke hal lain tanpa sempat memaknainya secara tuntas. Hal ini akan membentuk kebiasaan sehingga kita menjadi pribadi tidak sabaran dan mengharapkan imbalan yang cepat.
Menurut Felix, Otak Popcorn ini memiliki gejala dan dampak. Antara lain: kesulitan konsentrasi, tidak mampu berpikir secara mendalam, mudah cemas, stres, tidak sabaran, ketergantungan, sulit mengatur waktu, hingga gangguan tidur.
Jadi kalau Anda membaca buku atau berita namun mulai kesulitan mencerna isinya, atau sering merasa kehilangan konsentrasi padahal baru membaca satu atau dua paragraf, lebih suka menonton konten singkat berdurasi beberapa detik saja ketimbang tayangan full-nya.
Atau Anda mungkin mulai lupa menaruh barang, lupa mau melakukan apa, merasa was-was saat tidak memegang ponsel. Bisa jadi gelaja Otak Popcorn mulai ada pada diri Anda.
Bayangkan jika dampak itu terjadi pada anak-anak. Tentu mereka akan mengalami kesulitan dalam mencerna pelajaran. Mereka juga akan sulit memfokuskan pikiran ketika berhitung. Parahnya, otak juga kian enggan berimajinasi dan mencari ide-ide baru.
Lalu apakah Otak Popcorn ini dapat diobati? Tentu saja, namun harus dengan tekad yang kuat untuk mengurangi ketergantungan pada teknologi digital dan internet. Caranya mulai dari mengurangi waktu penggunaan gadget, mencari aktivitas lain saat senggang seperti membaca buku, jalan-jalan, hingga melakukan meditasi dan olahraga otak untuk melatih fokus.
Penyakit utama para pengguna gadget adalah sering scrolling tanpa tujuan. Inilah yang membuat orang menjadi lama nempel dengan gadgetnya. Untuk menghindarinya, tetapkan tujuan setiap kali akan membuka smartphone. Ketika akan tidur, letakkan ponsel di ruang yang berbeda.
Di satu sisi teknologi memang mempermudah urusan manusia, tapi di sisi lain teknologi juga yang menghilangkan budaya-budaya baik manusia di masa lampau yang seharusnya dipertahankan. Maka dari itu, diperlukan kedewasaan dalam memanfaatkan teknologi.