- Dari laman Instagram Cordovamediaid dikutip Sabtu (23/3), aktivis Yahudi akan menggelar pengorbanan sapi merah di Al Aqsa sebagai ritual penyucian menuju pembangunan kembali Kuil Ketiga. Ironisnya, pembangunan tersebut hanya dapat terjadi jika Masjid Al Aqsa berhasil dihancurkan.
Suarajatim.com - Lima sapi merah jenis Red Angus menempuh jarak 11.265 Km dari Texas Amerika Serikat menuju Israel untuk memenuhi ambisi para kaum Yahudi menghancurkan Masjid Al Aqsa. Awal bulan April 2024 mendatang diisukan menjadi waktu dimana sapi-sapi tersebut akan menjadi objek ritual penyucian.
Sapi-sapi merah yang akan dikorbankan harus memenuhi spesifikasi khusus, yakni betina, merah hingga ke kuku, tidak cacat, berusia 3 tahun, dan belum pernah dipasang kuk.
Berdasarkan kepercayaan Yahudi, keberadaan sapi merah adalah tanda segera terwujudnya mimpi mereka membangun kembali Kuil Ketiga di Yerusalem. Dan untuk mewujudkan misi tersebut, Masjid Al Aqsa harus dihancurkan terlebih dulu.
Dalam ajaran Yudaisme Ortodoks arus utama, ketika Kuil berhasil dibangun kembali, maka Mesias Yahudi akan datang, dan umat manusia akan menghadapi Penghakiman Terakhir atau dengan kata lain, kiamat akan tiba.
Sebuah altar besar telah disiapkan di Pegunungan Olive yang berhadapan dengan Masjid Al Aqsa untuk ritual tersebut. Sapi merah betina akan dibakar, lalu abunya dicampur dengan air, untuk selanjutnya digunakan bersuci bagi pendeta-pendeta Yahudi terpilih dan para pengikutnya.
Israel Bakal Gelar Ritual Pengorbanan Sapi Merah Demi Hancurkan Masjid Al Aqsa, Benarkah Kiamat di Ujung Tanduk?
Al-Aqsa yang memiliki luas 35 hektare tersebut, memiliki peran penting bagi tiga agama, yakni Islam, Yahudi, dan Kristen. Bagi umat Islam, Al-Aqsa memiliki sejarah panjang yang sakral, termasuk sebagai arah kiblat pertama sebelum bergeser ke Mekkah. Sedangkan untuk umat Kristiani, kompleks Al-Aqsa dan kota Jerussalem diyakini sebagai tempah penyembelihan Ismael (Ismail) oleh Abraham (Ibrahim). Pun bagi Yahudi, Al-Aqsa juga sangat penting mengingat kuil-kuil yang tercantum di kitab sucinya berada di sana, termasuk tembok ratapan yang dipercaya sebagai sisa-sisa Kuil Kedua Yahudi yang dihancurkan Romawi pada 70 Masehi.
Melihat pentingnya tempat ini bagi ketiga agama, maka Al Aqsa kerap jadi 'sengketa'. Terlebih setelah memanasnya masalah Israel-Palestina, Masjid Al-Aqsa menjadi area konflik terbuka.
Melissa Jane Kronfeld, seorang pemandu wisata, mengajak turis-turis internasional menentang aturan dengan beribadah di Al Aqsa. Menurutnya ini bukan tentang menghancurkan Masjid Al Aqsa, melainkan melestarikan tempat tersebut sebagai bentuk penjagaan atas rumah Tuhan. Melissa mengaku tak khawatir dengan kemarahan umat Muslim jika wilayah tersebut dihancurkan.
"Ini semua (masjid Al Aqsa) akan dihilangkan untuk membangun kuil. Timur Tengah memang sudah tidak stabil saat ini, bahkan perang memang sudah terjadi di sini," katanya.
Di lain pihak, Imam Mustafa abu Sway, pemuka agama Masjid Al Aqsa mengatakan bahwa upaya menghancurkan Masjid Al Aqsa sama dengan menendang sarang tawon.
"Masjid Al Aqsa adalah milik semua umat muslim. Dari Indonesia, Toronto, hingga New York. Terlebih umat muslim hari ini jumlahnya mencapai 2 milyar orang," katanya.
Namun soal sapi merah ini telah sampai di Capitol Hill, Amerika Serikat. Sapi yang dianggap suci itu bahkan dipamerkan di Washington dalam acara doa bersama umat Kristen Evangelis. Mereka percaya sapi tersebut menandai waktunya kedatangan Yesus kedua kalinya di bumi.