- Remaja 21 tahun asal Singapura berhasil membuat bank OCBC rugi bandar hingga 148 miliar rupiah. Melalui teknik phising, 768 akun nasabah berhasil dibobol.
Suarajatim.com - Sekelompok remaja di Singapura menggemparkan dunia keuangan dengan kasus pembobolan bank raksasa OCBC.
Mereka melakukan penipuan besar-besaran dengan modus scam melalui pesan singkat. Tak tanggung-tanggung, 12,8 juta SGD atau setara dengan Rp 148,7 miliar habis digasrak.
Dikutip dari Today Online, polisi menerima lebih dari 768 laporan penipuan phising dari pemegang rekening bank OCBC antara 8 Desember 2021 hingga 19 Januari 2022.
Jovan Soh Jun Yan, remaja berusia 21 tahun, menjadi aktor utama pada kasus ini. Ia menyamar sebagai bank dan mengirimkan tautan situs web melalui pesan teks kepada korban. Hebatnya, pesan teks yang masuk menggunakan nomer layanan OCBC resmi sehingga banyak pengguna yang percaya.
Tautan yang dikirim mengarahkan korban untuk masuk ke halaman log-in bank OCBC palsu. Korban lalu diminta memasukkan kredensial log-in perbankan elektronik mereka.
Sampai di tahap ini, pelaku sudah berhasil mengambil alih rekening bank korban, lalu dengan leluasa mereka akan mentransfer dana dari rekening korban ke nomer-nomer rekening para sindikatnya.
Soh ditangkap setelah polisi melakukan penggerebekan di dua tempat tinggal. Ia mengaku bersalah atas perannya dalam kelompok kejahatan terorganisir.
Namun fakta mencengangkan muncul ketika Soh mengaku bahwa semua uang yang ditransfer korban tidak pernah masuk ke kantongnya. Ia hanya pekerja yang dibayar 3.000 dolar per bulan oleh sindikat raksasa yang belum diketahui dalangnya.
Dalam penggerebekan tersebut, polisi menyita sejumlah kartu ATM dan kartu debit, serta barang bukti lainnya yang terkait dengan kegiatan kriminal itu.
Soh mulai menjalani hukumannya pada 29 Februari 2024 dan akan dipertimbangkan untuk tiga dakwaan serupa.
Di sisi lain, sikap OCBC dalam menangani kasus ini patut diacungi jempol. Sebagai bentuk tanggung jawab, OCBC mengganti seluruh uang korban tanpa terkecuali. Wah, kalau kasus ini terjadi di Indonesia, kira-kira bank mau ganti gak ya?