- PT PLN (Persero) terus melakukan beragam upaya dalam proses transisi energi di Tanah Air. Utamanya melalui kolaborasi investasi di tingkat global, mengingat dana yang dibutuhkan sangat besar.
Dubai, Suarajatim.com - Untuk mewujudkan transisi energi menuju listrik bersih yang andal dan terjangkau bagi seluruh masyarakat Indonesia, diperlukan kolaborasi di tingkat global.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Nathan Kacaribu mengatakan, Pemerintah telah menjalin kolaborasi dengan Multilateral Development Bank (MDB) dan Asian Development Bank (ADB) agar investasi bagi transisi energi tidak hanya menghadirkan energi bersih, tetapi juga untuk memacu pertumbuhan ekonomi.
Menurut Febrio, tantangan terbesar dalam mencapai tujuan ini adalah soal pendanaan. Di mana untuk berpindah dari energi fosil ke EBT, dibutuhkan biaya yang sangat besar.
"Kita sudah diskusikan terkait crowding investment. Kita sadar bahwa program transisi energi tidak cuma berlangsung setahun, tetapi berlanjut hingga tahun-tahun mendatang, jadi strateginya harus jelas. Kami yakin (investasi) sektor swasta bakal datang ketika mereka lihat proyeknya telah siap," jelasnya.
Darmawan Prasodjo selaku Direktur Utama PLN menyampaikan bahwa untuk mengatasi krisis iklim dunia diperlukan kerja sama komunitas global. Terutama untuk mengatasi tantangan transisi ke energi hijau, baik dari sisi teknologi, kebijakan, dan investasi.
Untuk itu, PLN merancang skema Accelerated Renewable Energy Development (ARED) dengan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil secara bertahap.
"Kami akan mengkonsolidasikan aliran modal, bank swasta, bank multilateral, filantropi, investor swasta sedemikian rupa sehingga komunitas global yang sebelumnya terfragmentasi menjadi bersatu dan aliran investasi tersebut benar-benar bekerja dengan baik," papar Darmawan pada sesi Financing of Energy Transition: Balancing Sustainability and Affordability dalam COP28, di Dubai (3/12).
Menurut Direktur Keuangan PLN Sinthya Roesly, PLN membutuhkan investasi sekitar USD157 miliar sampai dengan tahun 2040 untuk dapat mencapai NZE di tahun 2060. Maka dari itu, PLN terus melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak agar apa yang direncanakan dalam ARED bisa berjalan.
“Sejauh ini, kerja sama telah dilakukan, namun tantangannya adalah bagaimana memobilisasi partisipasi swasta untuk turut mendanai proyek PLN maupun Independent Power Producer (IPP) dalam skala besar. Saat ini, program transisi energi PLN juga telah banyak didukung oleh pendanaan sektor publik," ucap Sinthya.
Ia juga memaparkan bahwa PLN telah melakukan peningkatan kapasitas kelembagaan dalam rangka menyambut pendanaan transisi energi di masa mendatang.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) Edwin Syahruzad mengatakan, tantangan transisi energi adalah bagaimana menerapkan konsepnya ke dalam transisi asset class.
"Saya pikir pendorong utamanya adalah lembaga multilateral seperti ADB, Bank Dunia dan lainnya. Kita mesti menyiapkan pembiayaan untuk PLN dengan cara yang berbeda, sehingga kita dapat memadukan dana besar dari pemerintah dengan investasi tersebut," pungkas Edwin.