- PLN melakukan sejumlah strategi dalam mewujudkan dekarbonisasi nasional, utamanya dengan pengurangan penggunaan batu bara secara bertahap.
Dubai, Suarajatim.com - PT PLN (Persero) diketahui telah menjalin sejumlah kerja sama dengan perusahaa-perusahaan asing selama gelaran COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA).
Hal tersebut dilakukan sebagai strategi pengurangan penggunaan batu bara secara bertahap sehingga emisi karbon berkurang secara signifikan.
Chief Executive Officer COP28 Adnan Amin mengatakan, sebanyak 60 negara yang tergabung dalam gelaran COP28 fokus pada proses dekarbonisasi dalam transisi energi melalui penghentian pemanfaatan batubara secara bertahap.
"Dunia harus mempercepat transisi energi dengan cara yang tertib, adil, dan merata. Dengan mempertimbangkan sekuritas energi, dan memastikan bahwa pendanaan serta teknologinya tersedia untuk negara-negara berkembang," kata Amin.
Menurut Amin, penghentian pemanfaatan batu bara sangat penting karena saat ini listrik yang berbasis batu bara menyumbang sekitar 27 persen emisi.
Namun resikonya, sejumlah besar modal terkunci dan tidak dapat diganti untuk aset batubara di negara-negara Selatan. Di mana pembangkit listrik tenaga batu bara di Asia dan Afrika jauh lebih muda dibandingkan dengan wilayah Utara.
"Kita harus menyediakan alat yang diperlukan untuk membantu beralih dari batu bara ke energi bersih. Maka perlu adanya inovasi mekanisme pendanaan iklim yang inovatif, termasuk kredit transisi yang dapat membantu pemerintah dan perusahaan melakukan pensiun dini (pembangkit batu bara)," jelas Amin.
Stephane Crouzat selaku Climate Change Ambassador Perancis menilai bahwa negara berkembang seperti Indonesia telah melakukan banyak trobosan untuk mengurangi emisi karbon. Maka, keterlibatan lembaga keuangan internasional dan swasta perlu didorong untuk memperluas investasi.
"Kami sepakat bahwa dalam mengatasi transisi energi butuh langkah aktif sektor swasta. Kami sendiri, bersama World Bank dan IMF sedang memetakan instrumen investasi yang menarik bagi pengembangan energi bersih. Kami juga mendorong adanya instrumen insentif yang tepat untuk pengembangan energi bersih di negara berkembang," tegas Stephane Crouzat.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo memaparkan, emisi sektor ketenagalistrikan di Indonesia saat ini sekitar 260 juta metrik ton. Jika dibiarkan, maka jumlah tersebut akan meningkat menjadi 1 miliar metrik ton pada tahun 2060.
Untuk menghindari hal itu, PLN telah mendesain ulang Rencana Usaha Pengadaan Tenaga Listrik (RUPTL) nasional dan menghapus rencana penambahan 13 Gigawatt (GW) pembangkit berbasis batu bara. Langkah ini diklaim mampu menghindari emisi hingga 1,8 miliar metrik ton CO2.
Namun hal tersebut bukan tanpa tantangan, terutama dalam hal pendanaan untuk pensiun dini pembangkit batu bara. Untuk mengatasinya, PLN menjalin kolaborasi dengan Asian Develoment Bank (ADB) dan merancang mekanisme pendanaan yang disebut Energy Transition Mechanism (ETM).
"Mekanismenya sangat sederhana. Dengan perpaduan pembiayaan ramah lingkungan, kami dapat memperoleh dana berbiaya rendah. Dengan ini kami bisa mengakuisisi pengembang proyek lama dan biayanya lebih rendah daripada kami dapat mempercepat pengembaliannya," tuturnya.
Tak hanya itu, PLN juga mengembangkan Accelerated Renewable Energy Development (ARED) yang secara agresif dinilai mampu menambah kapasitas pembangkit PLN 75 persen dari energi terbarukan dan 25 persen dari gas.
ARED jug diproyeksikan mampu mengatasi tantangan mismatch antara sumber daya energi terbarukan berskala besar dengan pusat permintaan dengan membangun green enabling transmission line. Sedangkan tantangan intermittensi listrik berbasis energi baru terbarukan akan diatasi melalui pembangunan Smart Grid dan flexible generation hingga smart meter.
"Acara seperti COP28 ini, memberikan kami kebanggaan dan keyakinan. Komunitas global yang tadinya terpecah-pecah kini bersatu. Jadi, kami punya keyakinan kuat bahwa kita akan mampu untuk terus bergerak maju, apapun tantangannya misi ini dapat diwujudkan," tutup Darmawan.