- PLN teken LOI dengan 3 perusahaan nasional dan multinasional guna mempercepat program dedieselisasi demi transisi energi nasional.
Jakarta, Suarajatim.com - PT PLN (Persero) menggandeng tiga perusahaan energi, yakni ib vogt GmbH asal Jerman, PT Indika Energy Utama Tbk. dan Infraco Asia Development Pte., Ltd., untuk mempercepat program dedieselisasi demi mewujudkan transisi energi nasional dan mitigasi perubahan iklim.
Penandatanganan Letter of Intent (LOI) oleh para pihak dilakukan di Jakarta, Kamis (21/12). Di mana program akan dibagi menjadi dua klaster, yakni klaster pertama meliputi Indonesia Bagian Barat oleh PLN Nusantara Power dan ib vogt GmbH. Sedangkan klaster kedua yang meliputi wilayah Indonesia bagian Timur oleh PLN Indonesia Power, PT Indika Energy Utama Tbk dan Infraco Asia Development Pte.,Ltd.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menyampaikan, program dedieselisasi ini merupakan salah satu upaya menekan ketergantungan Indonesia pada BBM berbasis impor, dan menggantinya dengan energi terbarukan dari domestik yang lebih ramah lingkungan.
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang semula melayani kebutuhan masyarakat di daerah terisolir, akan bertahap digeser secara hybrid menggunakan energi baru terbarukan (EBT) dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
”Kita menjadi satu kesatuan yang utuh untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Dengan impian besar untuk memperlambat pemanasan global dan jika memungkinkan, untuk mendinginkan bumi,” ungkap Darmawan.
Menurut Darmawan, saat ini PLN memiliki kurang lebih 5.200 PLTD yang tersebar di sekitar 2.100 lokasi. Melalui dedieselisasi, pihaknya berharap biaya dan emisi karbon yang besar dari operasional PLTD bisa ditekan maksimal.
Ke depannya, diharapkan program dedieselisasi tak hanya akan menyelamatkan bumi dari ancaman perubahan iklim, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui penyediaan listrik yang andal, murah, dan ramah lingkungan.
”Melalui kolaborasi ini, kita akan mengganti mesin diesel dengan energi surya yang dilengkapi dengan sistem penyimpanan yang mumpuni,” imbuh Darmawan.
Wiluyo Kusdwiharto selaku Direktur Manajemen Proyek dan EBT PLN menambahkan, program dedieselisasi ini diperkirakan mampu mengurangi konsumsi BBM hingga Rp 722,1 miliar dan menurunkan emisi CO2 kurang lebih 132 ribu ton per tahun.
”Dua klaster yang kita gagas pada LOI hari ini, akan membantu Indonesia dalam meningkatkan bauran EBT di sektor ketenagalistrikan secara masif. Potensinya mencapai 171 Gigawatt hour (Gwh) per tahun dan mampu menyala 24 jam nonstop atas teknologi mutakhir yang kita gunakan,” ujar Wiluyo.
Wiluyo mengakui ada banyak tantangan yang terjadi di lapangan. Meski begitu, dirinya tetap optimis bahwa program ini akan mampu meningkatkan suplai listrik nonstop 24 jam untuk daerah terisolir.
"Dedieselisasi konversi EBT ini menggunakan konsep penghematan BBM terbesar," jelas Wiluyo.
Managing Director Asia Pacific ib vogt GmbH, David Ludwig menyampaikan hal serupa. Menurutnya, meski program ini punya tantangan yang cukup besar, namun ia percaya proyek ini tidak hanya akan menggantikan PLTD di wilayah-wilayah tersebut, tetapi juga mampu menghadirkan pasokan listrik yang lebih andal dan berkelanjutan dengan harga terjangkau masyarakat.
”Kami yakin program ini akan benar-benar meningkatkan kesejahteraan masyarakat terpencil pada masa mendatang,” kata David.
Sementara itu, Presiden Direktur PT Empat Mitra Indika Tenaga Surya, Yovie Priadi yang mewakili Konsorsium PT Indika Energy Tbk dan Infraco Asia Development Pte., Ltd. menyampaikan pihaknya terus berinisiatif membangun proyek-proyek EBT di Tanah Air untuk membantu pemerintah mencapai target net zero emissions (NZE) di tahun 2060. Oleh sebab itu, kepercayaan PLN dalam program dedieselisasi di klaster Indonesia bagian timur sangat disambut baik.
”Kami berharap dapat mendukung program dedieselisasi lebih lanjut ke depan. Di sini kami akan merancang, membangun dan mengoperasikan PLTS solar hybrid baterai di lokasi-lokasi yang tersebar di wilayah Indonesia bagian Timur,” tutup Yovie.