Jakarta, Suarajatim.com - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) kembali memberikan kesempatan bagi mahasiswa internasional untuk belajar seni, budaya, dan bahasa Indonesia di perguruan tinggi mitra melalui program Darmasiswa.
Sejak tahun 1974, program Darmasiswa telah menjadi wadah penting dalam mendukung pertukaran budaya dan pendidikan antarbangsa.
Dengan memberikan beasiswa selama 10 hingga 12 bulan untuk belajar seni, budaya, dan bahasa Indonesia, pemerintah berharap para peserta Darmasiswa nantinya akan menjadi duta budaya Indonesia di negara asal mereka.
Anang Ristanto, Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Kemendikbudristek, menyampaikan harapannya, "Kami berharap program ini dapat terus membangun duta budaya Indonesia di seluruh dunia dan menjaga eksistensi budaya Indonesia di mata dunia."
Ristanto juga menekankan pentingnya pertukaran budaya di era globalisasi, dengan mengatakan, "Di era globalisasi, penting untuk memajukan persahabatan, persamaan, dan nilai-nilai kemanusiaan melalui pertukaran budaya."
Program Darmasiswa sendiri didukung oleh berbagai pihak, termasuk Kementerian Luar Negeri, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Keuangan, serta berbagai perguruan tinggi. Semua pihak bekerja sama untuk memberikan pengalaman terbaik kepada mahasiswa internasional yang berpartisipasi dalam program ini.
Selain itu, program Darmasiswa bukan hanya sebuah beasiswa, tetapi juga sebuah perjalanan diplomasi budaya Indonesia yang terus berlanjut.
Ini membantu memperkenalkan keindahan dan keragaman budaya Indonesia kepada dunia serta menjembatani perbedaan budaya dalam era globalisasi yang semakin kompleks. Kemendikbudristek terus mendorong agar program Darmasiswa menjadi alat promosi bahasa, seni, dan budaya Indonesia yang efektif.
Dalam webinar Silaturahmi Merdeka Belajar (SMB) dengan tema "Perjalanan Diplomasi Budaya Indonesia melalui Darmasiswa," yang diselenggarakan pada Kamis (21/9/2023), juga dihadiri oleh narasumber lainnya, seperti Yunitasari, Koordinator Kerja Sama Luar Negeri Kemendikbudristek; Erni C. Westi, Pengelola dan Pengajar Program Darmasiswa dari Universitas Indonesia; Alisia Rosari Arnold dari Jerman yang mengambil studi Seni Tari di Institut Seni Indonesia Padangpanjang; dan Nathan James Scarpa dari Amerika Serikat yang belajar Bahasa Indonesia di Universitas Syiah Kuala.
Erni C. Westi, pengelola Program Darmasiswa di Universitas Indonesia, memaparkan bahwa minat kaum muda internasional terhadap program Darmasiswa tetap tinggi. "Kemurahan hati serta konsep saling menghargai yang kita terapkan membuat mereka merasa diterima dan mendapat pengalaman yang baik, sehingga mereka dengan antusias menceritakan pengalaman mereka kepada teman-teman sesama negara dan rekan internasional mereka."
Program Darmasiswa memberikan berbagai kegiatan pembelajaran bahasa, seni, dan budaya selama 10 hingga 12 bulan. Ini termasuk ekstrakurikuler seperti membatik, menari, bermain musik, dan program NgoPI (Ngobrol Bareng BIPA UI) yang mendukung kemahiran berbicara peserta. Selain itu, program ini membekali peserta dengan kemampuan membaca, menyimak, berbicara, dan menulis dalam bahasa Indonesia.
Ini sejalan dengan pernyataan dua peserta Darmasiswa, Alisia dan Nathan, yang merasa terpikat oleh kekayaan budaya Indonesia. Alisia ingin menggali lebih dalam kebudayaan Sumatera Barat, khususnya budaya Minangkabau, kuliner khasnya, dan bahasa Minang yang unik. Sementara Nathan mengungkapkan motivasinya belajar Bahasa Indonesia karena jatuh cinta dengan budaya Indonesia.
Setelah menyelesaikan program Darmasiswa, Alisia ingin kembali ke Jerman dan mengajarkan budaya Indonesia, terutama tari-tarian nusantara. Nathan bercita-cita untuk tinggal dan bekerja di Indonesia, kemudian memperkuat koneksi bilateral antara Indonesia dan Amerika Serikat.
Koordinator Kerja Sama Luar Negeri Kemendikbudristek, Yunitasari, menegaskan bahwa minat yang tinggi terhadap program Darmasiswa tercermin dalam jumlah alumni yang sudah mencapai lebih dari 9.000 orang dari 126 negara yang berbeda. Yunitasari juga menekankan pentingnya prinsip resiprokal dalam hubungan internasional yang diterapkan oleh program ini.
"Program Darmasiswa didukung oleh Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 10 tahun 1961, serta menerapkan prinsip resiprokal dalam hubungan internasional dan memainkan peran penting dalam diplomasi pendidikan dan kebudayaan, termasuk mempromosikan bahasa, seni, dan budaya Indonesia di panggung internasional," kata Yunitasari.
Program Darmasiswa diharapkan dapat menciptakan duta-duta budaya Indonesia yang akan tersebar di seluruh dunia, memperkuat hubungan bilateral, mempromosikan budaya Indonesia, dan menjaga eksistensi budaya Indonesia di dunia.
Dengan memberikan pengalaman langsung tentang keragaman budaya Indonesia dan keramah-tamahan masyarakat Indonesia, diharapkan citra positif Indonesia sebagai negara yang toleran, demokratis, dan moderat akan terus meningkat.
Selain itu, para duta Indonesia pun diharapkan dapat mempromosikan dan melestarikan budaya Indonesia di negaranya masing-masing, sehingga hubungan bilateral Indonesia dengan negara lain akan semakin erat.