Tangerang, Suarajatim.com - PT PLN (Persero) aktif berkolaborasi dalam pemanfaatan energi bersih melalui penandatanganan 28 kesepakatan dengan berbagai pihak dalam acara tahunan The 11th EBTKE Conex 2023. Hal ini sejalan dengan misi perusahaan untuk mendukung upaya pemerintah dalam transisi energi menuju emisi nol netto (NZE) pada tahun 2060.
Dalam 28 kolaborasi tersebut, PLN menjalin kerja sama dengan 10 perusahaan untuk menyediakan layanan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di atap bangunan dengan kapasitas total 187,97 Megawatt peak (MWp). Selain itu, PLN juga sepakat untuk melakukan Power Purchase Agreement (PPA) dalam pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM), PLTS, dan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PTLSa) dengan total kapasitas 25,7 Megawatt (MW).
Tidak hanya itu, PLN juga meresmikan pengoperasian 4 PLTM di Sumatra dengan total kapasitas 30 MW. Selain itu, PLN bekerja sama dengan tiga perusahaan yang menggunakan Renewable Energy Certificate (REC) dengan total kapasitas 200 gigawatt hour (GWh).
PLN juga sepakat untuk bekerja sama dalam pengembangan EBT dan pusat data di Batam. PLN juga melakukan kerja sama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dalam bidang transisi energi.
Untuk mempercepat perkembangan kendaraan listrik, PLN juga bekerjasama dengan empat perusahaan dalam pengembangan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) dan penyediaan Stasiun Pengisian Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) serta sebagai proyek pilot Battery EV Marine.
Dalam pembukaan EBTKE Conex, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan bahwa untuk mencapai NZE 2060 diperlukan usaha ekstra dan program yang terencana dengan baik. Dalam hal ini, berbagai program transisi energi membutuhkan kolaborasi dari semua pihak yang terlibat dalam ekosistem energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia.
"Kita harus melaksanakan program transisi energi ini dengan memanfaatkan sumber-sumber EBT dalam negeri yang memiliki potensi luar biasa. Semua potensi ini dapat dimanfaatkan jika kita membangun infrastruktur yang mampu menyalurkannya," ungkap Arifin dalam pembukaan acara 'The 11th EBTKE Conex 2023' dengan tema "Dari Komitmen menjadi Aksi: Mewujudkan Transisi Energi menuju Emisi Nol Netto Indonesia 2060", yang berlangsung di Tangerang pada tanggal 12 Juli.
Arifin menekankan pentingnya pengembangan teknologi terbaru untuk memaksimalkan pemanfaatan sumber-sumber EBT yang tersebar di berbagai tempat. Pemerintah secara penuh mendukung upaya ini melalui kebijakan-kebijakan yang memfasilitasi sektor EBT.
"Impian kita adalah membangun jaringan interkoneksi antarpulau sehingga potensi yang ada di daerah terpencil dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat dan industri. Kita memiliki sumber daya yang melimpah, termasuk mineral-mineral penting, yang jika dimanfaatkan dengan teknologi yang tepat, akan mendukung transisi energi dan pertumbuhan ekonomi," tegas Arifin.
Sementara itu, Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menyatakan bahwa pihaknya mengambil tindakan nyata untuk mengoptimalkan kapasitas EBT yang telah ada dalam sistem PLN, serta membuka potensi-potensi pengembangan yang baru.
"PLN mengambil langkah yang agresif dalam pengembangan EBT di Indonesia. Kami telah memetakan potensi-potensinya satu per satu dan kami melakukan kolaborasi dengan para pemangku kepentingan terkait untuk memastikan bahwa transisi energi ini tidak hanya mampu menyediakan energi bersih, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi nasional," tutup Darmawan.
Di sisi lain, Ketua Masyarakat Energi Baru Terbarukan (METI), Wiluyo Kusdwiharto, menyatakan bahwa transisi energi membutuhkan upaya bersama agar tidak ada yang tertinggal dalam proses yang panjang ini. Melalui acara ini, METI ingin mendorong komitmen yang telah terjalin dari berbagai pemangku kepentingan menjadi tindakan nyata dalam pengembangan EBT.
"METI memiliki komitmen yang sangat kuat untuk menjadi garda terdepan dalam perubahan dan transformasi menuju energi baru terbarukan. Dengan semangat yang luar biasa dan komitmen pemerintah, kami yakin bahwa kita dapat menerjemahkan kolaborasi ini menjadi tindakan nyata," ujar Wiluyo.
Dirinya menambahkan bahwa percepatan transisi energi perlu didukung oleh kolaborasi antara sektor publik dan swasta, terutama dalam pengembangan teknologi EBT dan penghentian penggunaan energi yang tidak ramah lingkungan.
"Marilah kita saling bergandengan tangan untuk mewujudkan ekosistem kerja sama yang lebih baik. Setiap pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah, lembaga keuangan, perusahaan, organisasi masyarakat, hingga individu, memiliki peran dalam membangun masa depan yang berkelanjutan," jelasnya.