Waspada Kartu Kredit Dibobol Orang, Ini Tips Hindari Phising dan Carding

  • Kejahatan cyber dengan ragam jenis dan kecanggihannya terus memakan korban. Phising dan carding adalah yang paling sering terjadi di masyarakat. Kenali keduanya, bagaimana motif kejahatan itu dimulai, serta cara menghindarinya, dari Yudho Giri Sucahyo selaku Ketua PANDI.

Suarajatim.com - Kejahatan perbankan digital makin marak terjadi. Bentuknya pun bermacam-macam dengan cara yang kian rapi dan canggih. Diantaranya adalah phising dan carding.


Phising sendiri merupakan upaya pencurian uang melalui saluran internet banking. Biasanya korban dikirimi email, link website, ataupun komunikasi elektronik lainnya yang berisi informasi palsu yang mendesak korban agar segera mengirimkan data-data rahasianya. Data yang diminta biasanya berupa user ID, password/PIN, nomor kartu kredit, masa berlaku kartu kredit, dan Card Verification Value (CVV) yakni 3 angka yang terletak dibalik kartu ATM/debit atau kartu kredit. 


Sementara carding merupakan tindak kejahatan online berupa aktivitas belanja menggunakan data kartu debit atau kredit yang diperoleh secara ilegal. Biasanya pelaku mengambil data-data dari kartu debit atau kredit melalui marketing palsu, merchant palsu, pencatatan data-data sensitif oleh oknum pada merchant, ataupun dari kartu yang hilang.


Pelaku akan menggunakan nomor kartu, tanggal expired, masa berlaku, CCV, limit kartu serta informasi pendukung lainnya untuk berbelanja online dan tagihan keuangannya akan ditanggung oleh korban.


Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) melaporkan ada 34.622 laporan tren phishing di Indonesia pada 5 tahun terakhir. Dimana pelakunya semakin mahir mengelabui korban dengan menggunakan domain .id dan protocol HTPPS agar terlihat sebagai website terpercaya.

Yudho Giri Sucahyo selaku Ketua PANDI mengatakan bahwa kasus kejahatan perbankan digital terus bertambah, sehingga masyarakat diharapkan lebih waspada. Ia pun membagikan sejumlah tips agar terhindar dati praktik phising dan carding.


"Pertama, jangan menyerahkan kartu kredit ke sembarang orang saat melakukan transaksi entah itu di restoran, supermarket, dan lain sebagainya. Usahakan datang sendiri ke cashier, bawa kartunya, dan awasi penggunaannya. Gunanya untuk menghindari kartu kredit Anda digesek ke device lain yang tidak seharusnya, atau dilakukan pencatatan-pencatatan yang tidak wajar," terang Yudho.


Lebih lanjut Yudho menekankan agar masyarakat jangan mudah memberikan informasi kartu kredit apalagi ke situs web yang tidak terpercaya atau mencurigakan. 


"Perhatikan betul jika ada domain atau link  yang mengatasnamakan perusahaan besar namun salah satu hurufnya diganti dengan karakter non latin yang menyerupai huruf latin. Misalnya penggunaan huruf Arab ataupun Eropa yang bentuknya mirip-mirip huruf latin padahal bukan. Jangan diklik. Karena itu salah satu motif penjahat cyber untuk menjerat korbannya," ungkapnya.


Yudho juga mengimbau agar masyarakat semakin berhati-hati menjelang tahun politik di 2023 mendatang. Akan banyak muncul situs-situs yang berisi muatan berita profokatif untuk membuat suasana menjadi chaos. "Website seperti itu biasanya diselipkan link untuk phising. Jadi sebaiknya abaikan berita-berita dari laman yang tidak jelas."


Terakhir Yudho mengimbau agar masyarakat terus meningkatkan literasi digitalnya. Lebih bijak dan teliti dalam memilah informasi dari internet sehingga tidak mudah terperangkap menjadi korban kejahatan cyber.

LihatTutupKomentar