- Kasus kematian satu keluarga di Kalideres secara resmi ditutup. Polisi menyatakan tidak ada faktor bunuh diri, penganiayaan, ataupun sekte aliran tertentu.
- Semuanya murni karena keluarga ini menutup diri dari lingkungan sekitarnya sehingga memiliki kepribadian dan pola pikir yang tak wajar.
Suarajatim.com - Kasus kematian satu keluarga secara misterius di Kalideres, Jakarta Barat begitu menarik perhatian publik hingga timbul opini-opini liar atas penyebabnya. Namun kini Kepolisian Polda Metro Jaya menyatakan menghentikan penyelidikan. Sejumlah fakta dari hasil otopsi pun dibeberkan ke publik.
Urutan dan Penyebab Kematian
Berdasarkan hasil pemeriksaan otopsi, psikologi forensik, dan sosiologi agama, penyebab kematian keluarga Kalideres dianggap wajar, namun kondisinya tidak wajar.
Dokter forensik RSCM Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Ade Firmansyah, mengungkapkan penyebab dan urutan kematian merujuk pada pemeriksaan luar dan dalam dari para jenazah.
Rudiyanto Gunawan (71) meninggal pertama kali. Penyebabnya, ada infeksi hingga pendarahan di saluran cerna.
Reni Margareta (68), istri Rudiyanto, meninggal pada urutan kedua. Penyebabnya kelainan pada payudara, dilihat dari pemeriksaan dan didukung temuan obat kanker di lokasi kejadian.
Ketiga adalah Budiyanto (69) adik Rudiyanto dan terakhir Dian (42), anak Rudiyanto-Reni.
"Di feses keduanya terdapat kandungan karbohidrat dan serat komposisinya bisa bersumber dari roti ataupun nasi serta sayuran. Ini menampik dugaan meninggal karena kelaparan. Mereka makan setidaknya tiga hari sebelum meninggal," kata Ade dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (9/12).
Ade menambahkan penyebab kematian Budiyanto adalah karena serangan jantung terlihat dari penebalan pada pembuluh nadi. Sedangkan Dian karena radang paru menahun atau kronis disertai penyakit pernapasan. Sama sekali tidak ditemukan tanda kekerasan.
Kecendrungan Mengasingkan Diri
Ketua Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia, Reni Kusumawardani, mengungkapkan hasil otopsi psikologi dari keempat jenazah. Diukur dari aspek perilaku mulai dari usia, status pernikahan, pekerjaan, hingga agama.
Rudiyanto Gunawan disebut memiliki kepribadian yang baik, penurut, pendiam, tak banyak bicara, cenderung membatasi diri dari orang lain.
"Dia tidak banyak bergaul akibatnya tidak punya banyak teman, di keluarga pun cenderung menghindari konflik," jelas Reni.
Padahal dari segi pendidikan, Rudi dinilai memiliki kecerdasan di atas rata-rata karena merupakan alumni sekolah favorit dan sempat kursus di lembaga ternama.
Usia lanjut dan kondisi kesehatan yang kurang baik ditambah pandemi Covid-19 dan minat bersosialisasi yang rendah, membuat Rudi tidak banyak melakukan aktivitas di luar rumah. Keluarga ini pun tidak punya kerabat.
Selama menderita penyakit, Rudi disebut pasrah dan hanya melakukan pengobatan non-medik yang ia yakinin, namun tak berhasil.
Ketika Rudi meninggal, keluarga tidak bisa memakamkannya karena tidak punya cukup biaya. Apalagi sang istri yakni Reni Margareta disinyalir punya kepribadian ingin tampil unggul, sehingga merasa malu jika tak mampu mewujudkan proses pemakaman yang sesuai standarnya.
"Keluarga ini sudah tidak lagi memiliki penghasilan tetap. Hanya mengandalkan tabungan. Ditambah mereka ada perilaku mengasingkan diri sejak lama, kira-kira sudah 20 tahun. Sehingga komunikasi dengan kerabat sudah terputus, jadi sungkan meminta tolong. Makanya Rudi tidak dimakamkan," ungkap Reni Kusumawardani.
Hal serupa terjadi ketika Reni Margaretha meninggal dunia. Ia tak dikuburkan karena alasan biaya. Ditambah lagi sang anak, Dian, diduga belum bisa menerima kepergian ibunya.
"Dian membangun suatu keyakinan seolah-olah ibunya masih hidup, sehingga jenazahnya diperlakukan layaknya masih hidup, dirawat, dibersihkan, bahkan diberi minum."
Sementara Budiyanto disebut memiliki kepribadian suka iri hati, keras kepala, berpikir tidak lazim, menyukai hal-hal bersifat klenik atau perdukunan, dan memiliki guru spiritual sejak SMA.
"Karena sumber keuangan habis, jual aset tidak ada, membuat keadaan psikologi Budiyanto tidak berdaya. Ini yang kemudian diperkirakan memicu stres dan memperburuk kondisi kesehatannya," jelas Reni.
Dian disebut punya kepribadian yang kerap menekan emosi negatif, sulit mengambil keputusan sehingga sangat tergantung pada ibunya. Kematian ketiga anggota keluarganya, membuat Dian tertekan, namun masih ada keinginan untuk hidup.
"Situasi ini melampaui kesanggupan Dian merespons secara adaptif, dia tidak punya sumber daya dalam diri sendiri dan dari orang lain untuk menghadapi situasi kehilangan yang intens," papar Reni.
Dugaan bahwa keempatnya memiliki kecenderungan ingin bunuh diri, ditepis oleh para penyidik karena riwayat kehidupan keluarga mereka yang tidak ada perilaku mengarah pada bunuh diri.
Berdasarkan penelusuran kepolisian, asuransi kesehatan BPJS mereka tidak pernah digunakan selama 2 tahun. Dari hasil penyelidikan ke RS Tarakan di Jakarta juga menyebutkan tidak pernah ada pasien atas nama empat orang ini.
"Hasil pemeriksaan tim Polda Metro Jaya bahwa rumah tersebut terkunci dari dalam dan luar. Jadi kesimpulannya tidak ada pihak luar yang masuk," imbuh Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Hengki Haryadi.
Bukan Pengikut Aliran Sesat
Pakar sosiologi agama, Prof. Jamhari juga menampik adanya dugaan praktik aliran-aliran tertentu. Memang di tempat kejadian ditemukan buku-buku lintas agama, buli-buli, atau klentingan yang merupakan bagian dari ritual-ritual tertentu. Namun setelah dipelajari, isinya tidak ada yang aneh, hanya ajaran umum biasa tidak menunjukkan adanya kajian sekte tertentu.
"Dari bacaan yang saya lihat dan temuan barang bukti, saya menilai mereka orang yang wajar. Mereka mungkin saja melakukan ritual agama demi mendapatkan kesembuhan karena sedang sakit. Ini ritual yang biasa dilakukan orang-orang pada umumnya," tegas Jamhari.
Introvert Rentan Alami Depresi
Menurut penelitian yang dipublikasikan di National Center for Biotechnology Information, orang yang memiliki kepribadian introvert rentan mengalami depresi dan gangguan kecemasan daripada orang berkepribadian ekstrovert. Hal ini dikarenakan mereka kerap berpikir berlebihan, sulit mengungkapkan perasaan, dan senang menyendiri. Kondisi ini diperparah jika mereka sedang mengalami tekanan sosial.