- Kereta Cepat Jakarta-Bandung dijadwalkan siap digunakan untuk publik pada Juni 2023 mendatang. Tahap kedua, rute tersebut akan diperpanjang hingga ke Surabaya. Ridwan Kamil membeberkan sejumlah kota besar seperti Kertajati, Purwokerto, Yogya, dan Madiun akan dilewati oleh kereta ini.
Suarajatim.com - Gubernur Jawa Barat, Riwan Kamil mengungkapkan rencana pengembangan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang bakal disambung hingga ke Surabaya. Setelah proyek Jakarta-Bandung selesai, maka tahap kedua adalah perpanjangan rute menuju Surabaya yang melewati beberapa kota besar, mulai dari Kertajati, Purwokerto, Yogyakarta, Madiun, dan berujung di Surabaya.
Diketahui saat ini, rute yang akan ditempuh oleh KCJB adalah Stasiun Halim Jakarta Timur-Stasiun Karawang-Stasiun Padalarang-Stasiun Tegalluar.
"Doakan lancar, agar bisa masuk ke tahap berikutnya yakni rute Bandung-Kertajati-Purwokerto-Yogya-Madiun-Surabaya. Diperkirakan investasinya akan lebih murah karena rutenya melipir jalan tol sehingga tidak banyak pembebasan lahan. Aamin," kata Ridwan Kamil dalam unggahan video Instagram resminya @ridwankamil, pada Kamis (17/11/2022).
Ia juga memperlihatkan momen ketika menjajal Kereta Cepat Jakarta-Bandung. "Ini adalah kereta inspeksi, yang masih dibungkus plastik dan ditutup lantai sementara," pria yang akrab disapa Kang Emil itu.
Sisi-sisi interior kereta tersebut juga turut dipamerkan. Menurut Kang Emil, kereta berjalan dengan lembut tanpa guncangan. Dirinya berharap Kereta Cepat Jakarta-Bandung sudah bisa digunakan masyarakat luas mulai Juni 2023.
"Tidak ada guncangan sama sekali, karena kereta berjalan dengan lembut. Semoga Juni 2023 sudah bisa dipergunakan bagi publik. Sehingga ekonomi Jawa Barat dan DKI bisa naik berlipat-lipat," ungkapnya.
Uji coba yang dilakukan menggunakan kecepatan 80 km per jam. Namun, pada praktiknya nanti, kecepatan kereta bisa mencapai 350 km per jam yang dapat membuat perjalanan Jakarta-Bandung hanya menghabiskan waktu 40 menit saja.
"Tinggal di Bandung dan kerja di Sudirman-Thamrin Jakarta, sekarang menjadi mungkin. Karena konsep jarak bukan lagi berapa jauh tapi berapa lama," tutup Ridwan Kamil.