- PT Greenfields Dairy Indonesia, produsen susu segar terbesar di Tanah Air membuktikan komitmennya untuk terus memajukan peternak sapi lokal demi mengejar ketertinggalan negara ini dalam memenuhi kebutuhan susu bagi seluruh masyarakat dengan membentuk Kemitraan Sapi Perah Greenfields (KSG).
Blitar, Suarajatim.com – Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang mengancam dunia peternakan sapi di Indonesia beberapa waktu terakhir ini memberikan dampak signifikan pada produksi sapi perah dan perekonomian ternak.
Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) melaporkan bahwa dari 161.943 ekor sapi peternak GKSI di Jawa Timur, sebanyak 65.157 ekor terpapar wabah PMK, yang mengakibatkan penurunan produksi susu sebesar 30% menjadi 918 ton/hari.
Peternakan Sapi Greenfields
Padahal, tanpa adanya wabah PMK saja, produksi susu dalam negeri masih belum mampu memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat Indonesia. Dimana diketahui rakyat Indonesia membutuhkan pasokan susu sebesar hampir 4,4 juta ton per tahun, sedangkan jumlah susu segar dalam negeri (SSDN) hanya sebanyak 997,35 ribu ton per tahun. Kondisi inilah yang kemudian mengakibatkan ketergantungan kita terhadap susu impor hingga 80%.
Adapun 51% pasokan susu dalam negeri berasal dari Provinsi Jawa Timur yang memang dikenal sebagai tulang punggung produksi susu sapi perah di Indonesia. Maka terbayang, tantangan seperti apa yang sedang dihadapi oleh para peternak sapi, terutama di daerah Jawa Timur.
Upaya pemerintah saja rasanya tidak cukup untuk mengatasi wabah ini. Industri terkait juga perlu melakukan tindakan untuk kembali membangkitkan peternak sapi lokal. PT Greenfields Dairy Indonesia, integrated dairy farm yang memproduksi susu segar terbesar di Indonesia, membuktikan komitmennya untuk senantiasa bertumbuh dan berkembang bersama para peternak sapi perah lokal dalam berbagai kondisi melalui perluasan program Kemitraan Sapi Perah Greenfields (KSG).
Bersama dengan diresmikannya salah satu fasilitas unggulan dari KSG, yaitu tempat penampungan susu atau milk collection center (MCC) yang ketiga di daerah Pijiombo, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Greenfields menyampaikan keseriusannya memajukan perekonomian dan industri susu.
"Program KSG ini telah kami inisiasi sejak tahun 2007 untuk memacu pergerakan para peternak sapi perah lokal di sekitar area dua peternakan kami. Selama 14 tahun berjalan, KSG telah memberikan sejumlah dukungan kepada mitra peternak kami, berupa penyuluhan, pembinaan, hingga pelayanan kesehatan, termasuk ketika wabah PMK merebak. Program ini tidak hanya bertujuan meningkatkan kesejahteraan para peternak, tetapi juga menyokong hasil produksi susu sapi dalam negeri agar ketahanan pangan susu nasional jadi lebih kuat,” kata Heru Setyo Prabowo, Head of Dairy Farm Development & Sustainability, Government, Environment and Safety Farm Greenfields Indonesia.
"Semoga kolaborasi antara Greenfields dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dapat menjadi contoh yang baik bagi pelaku industri lainnya untuk sama-sama membantu meringankan permasalahan wabah PMK ini. Apalagi, Jawa Timur ini merupakan provinsi agribisnis yang menjadi lumbung pangan dan gudang ternak nasional," kata Dr. Ir. Jumadi, M.MT, Asisten II Perekonomian dan Pembangunan Provinsi Jawa Timur yang hadir mewakili Dra. Hj. Khofifah Indar Parawansa, M.Si, Gubernur Jawa Timur.
Dr. Ir. Epi Taufik, S.Pt, MVPH, M.Si, IPM, Kepala Divisi Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor turut membagikan pandangannya. Menurutnya, produksi susu sapi nasional yang tidak sebanding dengan kebutuhan masyarakat akan mengancam ketahanan pangan nasional. Dimana kini ketahanan pangan Indonesia menduduki peringkat 69 dari 113 negara. Terlebih, susu adalah sumber nutrisi terlengkap yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia terutama anak-anak.
Kardani, salah seorang peternak sapi perah mitra KSG turut berbagi kisah. “Sebelum bergabung dengan KSG, saya bekerja secara serabutan dengan penghasilan yang tidak tetap. Namun pada tahun 2008, dengan pinjaman usaha mikro dari perbankan yang bekerja sama dengan KSG, saya mulai memelihara 2 ekor sapi perah. Dibantu pembinaan rutin, pelayanan kesehatan hewan ternak tanpa biaya dari KSG, kini saya sudah memiliki 10 ekor sapi perah, dan dipercaya mempimpin kelompok ternak di wilayah Jambuwer, Malang. KSG juga selalu ada mendampingi saat saya terdampak wabah PMK,” akunya.
"Selama wabah PMK, KSG mendampingi mitra peternak, dengan melakukan sosialisasi dan terus mengingatkan kami untuk tidak menjual atau membeli sapi dari luar daerah, melakukan penyemprotan desinfektan, membagikan disinfektan, hingga menyusun sejumlah langkah mitigasi dalam melindungi aktivitas harian para peternak. KSG juga memberikan subsidi kepemilikan sapi perah sebanyak 50 ekor dengan persyaratan ringan, sehingga dapat mendorong produktivitas para peternak susu sapi lokal," tambahnya.
“Melalui program subsidi sapi perah dan kehadiran MCC Pijiombo, akan membuka kesempatan baru bagi masyarakat yang ingin menjadi peternak sapi perah. Semoga dukungan ini berhasil membangkitkan semangat para peternak sapi perah lokal untuk terus meningkatkan produksi susu dan memperbaiki kesejahteraan hidup,” tutup Heru Setyo Prabowo.