Jakarta, Suarajatim.com - 'Kamu adalah apa yang kamu makan' nampaknya menjadi sebuah ungkapan yang sangat mewakili masalah kesehatan saat ini. Banyak orang mengidap penyakit akibat makanan-makanan yang dikonsumsinya dalam jangka waktu panjang.
Dilansir dari dari Detikhealth, hampir 90% penyakit yang diderita manusia ada hubungannya dengan buruknya pola makan. Sederet penyakit mematikan seperti serangan jantung, diabetes, ginjal, hingga kanker menghantui siapa saja yang tidak serius menjaga asupan makanan.
Saat ini salah satu jenis bahan makanan yang kerap dikonsumsi masyarakat, terutama di masyarakat perkotaan, adalah daging olahan. Rasanya yang lezat dan proses masaknya yang cepat membuat produk ini banyak diminati. Namun, ada bahaya yang ternyata mengintai para pecintanya. Apa itu?
dr. Raissa E. Djuanda, MGizi, SpGK, AIFO-K. mengungkapkan besarnya kaitan antara konsumsi daging olahan yang berlebihan dengan peningkatan risiko kanker.
"WHO sudah menggolongkan daging olahan atau ultra processed meat ke dalam tipe satu yang maksudnya memang ada kaitannya dengan penyakit kanker. Digolongkan tipe satu ini berarti sama kaitan risikonya dengan merokok dan juga dengan paparan asbestosis," ungkapnya dalam sebuah wawancara bersama Radio KBR.
Menurut World Health Organization (WHO), daging olahan didefinisikan sebagai daging yang telah diubah melalui berbagai proses, baik itu diasinkan, diawetkan, difermentasi, diasap, ataupun proses lain dengan tujuan memperpanjang masa simpan produk. Beberapa contohnya adalah sosis, daging asap, daging kaleng, ham, kornet, dan sebagainya.
"Dagingnya sendiri memang memiliki banyak manfaat seperti sumber protein, zat besi, vitamin B12, dan sebagainya. Namun yang menjadi masalah adalah bahan tambahannya seperti jeroan, lemak, minyak, dan zat anorganik lainnya yang tentu ada efeknya pada kesehatan jika dikonsumsi terlalu banyak," tambah dr. Raissa.
Tentu dampaknya tidak langsung terasa dalam sekejap, melainkan melalui proses yang lama, menumpuk secara perlahan tanpa disadari. Untuk itu penting bagi kita menahan diri agar tidak mengonsumsi sesuatu melewati batas wajarnya.
"Jumlah garam itu yang disarankan per hari hanya maksimal sekitar 5 gram. Sedangkan lemak disarankan maksimal sebanyak 4 sendok makan per hari, atau setara dengan 50 gram minyak," terang dr. Raissa.
"Kanker sendiri juga hadir dari banyak faktor seperti makanan, pola hidup, kebiasaan. Jadi, seberapa jauh daging olahan memicu kanker? Penelitiannya masih terus berjalan hingga saat ini sehingga batasan pastinya belum ada. Namun dari apa yang saya pelajari sampai saat ini, kaitannya pasti ada. Tinggal kita menjaga konsumsinya seminimal mungkin," katanya.
dr. Raissa juga menyarankan kepada masyarakat untuk lebih memilih protein yang berasal daging putih dibanding daging merah. Hal ini didasari oleh penelitian yang menyatakan semakin tinggi konsumsi daging merah, maka risiko terkena penyakit kronis akan semakin tinggi pula. Sedangkan untuk daging putih, seperti daging ayam dan ikan, masuk kategori yang lebih aman dikonsumsi untuk menjaga kesehatan.