Mamat rela berpanas-panasan demi memperoleh cacing merah untuk makanan ikan hias |
Tulungagung, Suarajatim.com - Sungai Ngrowo yang membentang melintasi kabupaten Tulungagung, menyimpan berkah yang tidak hanya dinikmati oleh warga sekitar sungai karena keasrian alam dan kesuburan tanahnya, Namun juga warga lain yang setiap hari berburu cacing merah di dasar sungai Ngrowo ini.
Berbekal ember plastik, kain pemisah cacing dan lumpur serta alat sederhana buatan sendiri untuk mengangkat lumpur dari dasar sungai. Setiap hari puluhan pencari cacing nampak berlomba-lomba, mengais rejeki dari dasar sungai Ngrowo.
Mamat, Salah satu pencari cacing dari desa Kepuh kecamatan Boyolangu Tulungagung mengaku, setiap hari sejak pukul 07.00 sampai pukul 12.00 siang, dirinya sudah berendam di sungai ngrowo. Dengan peralatan sederhana, Mamat memulai pekerjaan ini sejak setahun yang lalu “ Awalnya hanya ikut-ikutan mas, tapi lama lama kok kelihatan hasilnya” begitu ucap Mamat saat ditemui Suarajatim.
Cara untuk mendapatkan cacing cukup sederhana yakni dengan mengangkat lumpur dari dasar sungai, kemudian memisahkannya melalui kain penyaring yang sudah disiapkan di dalam ember. Namun diperlukan ketahanan tubuh yang prima, sebab berendam di dalam air untuk waktu yang lama, rentan membuat pencari cacing kedinginan hingga masuk angin.
Mamat menjelaskan, rata rata dalam sehari dirinya bisa memperolah cacing merah sebanyak 2 hingga 2,5 kilogram dengan harga jual cacing merah di kisaran Rp25-28 ribu per kilogramnya.
Cara untuk mendapatkan cacing cukup sederhana yakni dengan mengangkat lumpur dari dasar sungai, kemudian memisahkannya melalui kain penyaring yang sudah disiapkan di dalam ember. Namun diperlukan ketahanan tubuh yang prima, sebab berendam di dalam air untuk waktu yang lama, rentan membuat pencari cacing kedinginan hingga masuk angin.
Mamat menjelaskan, rata rata dalam sehari dirinya bisa memperolah cacing merah sebanyak 2 hingga 2,5 kilogram dengan harga jual cacing merah di kisaran Rp25-28 ribu per kilogramnya.
Namun karena sifat cacing merah yang tidak mampu bertahan hidup diluar habitat aslinya, Mamat lebih memilih untuk langsung menjual cacing kepada pemesannya saja sedangkan sisa cacing yang tidak terjual dimanfaatkan untuk makanan ikan hias dan ikan cupang miliknya.
“Cacing merah gampang mati dan busuk mas, jadinya kalau ndak laku dan tidak ada yang memesan, lebih baik saya jadikan makanan untuk ikan hias dan ikan cupang peliharaan saya” ucap Mamat.
Namun permasalah kerap muncul di musim hujan seperti ini, tingginya volume air dan derasnya aliran sungai ngrowo, membuat pencari cacing memilih untuk mencari cacing di pinggir kali yang notabennenya bukan lokasi favorit cacing merah. Karena tidak memungkinkan untuk mencarinya di tengah sungai, sehingga penghasilan mereka pun sering turun saat musim hujan seperti ini.
(Firmanto Imansyah)