Anjing menanti untuk dijadikan menu. |
Tradisi memakan daging anjing di Kota Yulin Cina atau lebih dikenal dengan Festival Yulin, menimbulkan banyak kontroversi dari berbagai kalangan sejak beberapa tahun lalu.
Festival tahunan yang diadakan setiap 21 Juni ini dikecam karena mengandung unsur kekerasan terhadap hewan. Anjing-anjing dijejalkan di kandang yang sangat kecil dengan kondisi yang amat tidak layak. Setelahnya mereka dibantai dengan cara dipukul, digorok, bahkan dibakar atau direbus hidup-hidup.
Berdasarkan survei terbaru dari Chinese Academy of Social Sciences (2016), semakin hari semakin banyak warga Cina yang menentang konsumsi hewan peliharaan ini. Dari 30.000 netizen yang disurvei cctv.com, 64% dari mereka, atau tiga dari lima orang, mengatakan bahwa mereka mendukung undang-undang yang melarang konsumsi RW.
Melihat fenomena tersebut, pemerintah lokal pun tak tinggal diam dan telah melarang festival ini. Tapi hal ini dianggap sebagai pencitraan oleh para aktivis Cina sehingga festival terus berjalan secara tidak resmi.
Praktik makan daging anjing ini sebenarnya sudah menjadi tradisi sejak ratusan tahun di Cina, Korea Selatan, dan negara-negara lain. Awalnya makan anjing diyakini dapat menangkal rasa panas selama musim panas berlangsung.
Tapi kebiasaan ini semakin dikecam di Cina seiring dengan munculnya gaya hidup baru dari masyarakat kelas menengah ke atas. Banyak masyarakat Cina yang kini menjadikan anjing sebagai hewan peliharaan dibandingkan sebagai menu makanan.
Ikatan kuat antara manusia dengan anjing telah memberikan kontribusi terhadap pergeseran tradisi. Itulah sebabnya festival Yulin telah mendorong banyak kemarahaan di media sosial Cina.
Hasil polling dari lembaga survey independen Cina, Horizon juga mendapati 64% dari populasi yang disurvei menginginkan festival daging anjing tahunan di Yulin harus dihentikan, selaras dengan peraturan pemerintah yang ada.