Yang dilarang adalah pemakaian styrofoam sebagai wadah makanan. |
Memakai styrofoam sebagai wadah makanan memang praktis dan murah. Namun jika kandungan bahan kimia didalamnya terbukti berbahaya bagi organ reproduksi bahkan mencemari ASI untuk si kecil, masihkah styrofoam jadi pilihan untuk wadah makanan dan minuman?
Penggunaan styrofoam sebagai wadah makanan dan minuman di tanah air dengan mudah kita jumpai. Harganya yang murah, sifatnya yang tahan bocor dan mampu menahan panas atau dingin adalah beberapa alasan mengapa wadah dari gabus atau Expandable Polystryrene Foam (EPS) jadi favorit para pelaku industri kecil makanan dan minuman.
EPS pertama kali ditemukan oleh Otis Ray McIntire dari Dow Chemical pada tahun 1941, dengan nama styrofoam sebagai merek dagangnya. Oleh pembuatnya styrofoam awalnya hanya digunakan sebagai insulator pada bahan konstruksi bangunan. Sayangnya saat ini styrofoam disalahgunakan sebagai wadah makanan dan minuman.
EPS pertama kali ditemukan oleh Otis Ray McIntire dari Dow Chemical pada tahun 1941, dengan nama styrofoam sebagai merek dagangnya. Oleh pembuatnya styrofoam awalnya hanya digunakan sebagai insulator pada bahan konstruksi bangunan. Sayangnya saat ini styrofoam disalahgunakan sebagai wadah makanan dan minuman.
Untuk membuat barang-barang sekali pakai ini, butiran butiran kecil polymer polystyrene dipanaskan menggunakan bahan kimia hingga mengembang 50 kali lipat dari volume awal. Setelah didinginkan butiran yang sudah diperbesar dimasukkan ke dalam cetakan mulai dari gelas, mangkok, hingga kotak makanan.
Terakhir, butiran kembali dipanaskan dan diperbesar lagi hingga butiran-butiran menyatu. Tak heran jika produk akhirnya pun begitu ringan, karena 95% isinya adalah udara.
Saat proses pembuatannya, butiran-butiran EPS yang dipanaskan menimbulkan bau yang tidak sedap dan melepaskan 57 zat berbahaya ke udara. Proses pembuatan styrofoam inipun dikategorikan sebagai penghasil limbah berbahaya ke-5 terbesar di dunia.
Selain itu styrofoam juga sangat sulit didaur ulang. Pada saat proses pencetakan butiran EPS sudah mengalami pembesaran hingga tak lagi mungkin mengubahnya menjadi benda lain.
Seperti halnya sampah plastik lain, membutuhkan waktu 500 tahun untuk mengurai sampah styrofoam ini.
Bahayakan Reproduksi dan Cemari ASI
Selain bahaya lingkungan, sejumlah ancaman kesehatan mengintai para pengguna wadah makanan dan minuman dari styrofoam. Bukan rahasia lagi, jika sifat menyerap yang dimiliki styrofoam sangat berbahaya. Kandungan bahan bahan kimia yang di tambahkan dalam pembuatan styrofoam seperti benzen, carsinogen dan styrene akan bereaksi dengan cepat begitu makanan dimasukkan.
Penelitian Divisi Keamanan Pangan di Jepang mengungkapkan jika residu styrofoam dalam makanan dapat mengakibatkan Endocrine Disrupter Chemical atau EDC. EDC adalah suatu penyakit yang terjadi karena gangguan pada sistem endoktrin dan reproduksi pada manusia akibat bahan kimia yang bersifat beracun dalam makanan.
Yang lebih mengejutkan, hasil survei yang dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 1986 menemukan jika 100 persen jaringan lemak orang Amerika mengandung styrene.
Sementara penelitian lain yang dilakukan di New Jersy menyebutkan jika 75% kandungan ASI sejumlah ibu terbukti mengalami kontaminasi styrene akibat menggunakan wadah styrofoam untuk makanan dan minuman. Pada ibu hamil, kandungan styrene juga dapat bermigrasi pada janin melalui plasenta.
Styrene bersifat larut dalam lemak dan alkohol, sehingga sangat dilarang bersentuhan dengan makanan dan minuman yang kita konsumsi, terutama susu dan yoghurt. Styrene juga tidak boleh digunakan untuk mengemas bahan makanan atau minuman yang panas.
Uap panas dari makanan akan memicu rekasi kimia terjadi lebih cepat. Zat benzen yang sudah bereaksi akan masuk kedalam tubuh hingga akhirnya terakumulasi selama bertahun tahun. Akibatnya akan menimbulkan kerusakan pada sumsum tulang belakang, menyebabkan anemia dan bahkan mengurangi produksi sel darah merah yang sangat dibutuhkan tubuh.
Zat ketiga yang tidak kalah bahayanaya adalah carsinogen yang dapat mengakibatkan kanker. Carsinogen akan lebih berbahaya bila pemakai wadah styrofoam digunakan berulang-ulang karena carsinogen mudah larut. Seperti diketahui carsinogen adalah zat beracun penyebab kanker.
Ingin menghindari bahaya styrofoam? Jangan lupa membawa wadah makanan atau minuman sendiri saat anda ingin membeli makanan di luar rumah. Terdengar merepotkan memang. Namun dibanding ancaman kesehatan yang mengintai membawa wadah makanan atau minuman sendiri bisa jadi solusi.
Oleh : Sri UtamiStyrene bersifat larut dalam lemak dan alkohol, sehingga sangat dilarang bersentuhan dengan makanan dan minuman yang kita konsumsi, terutama susu dan yoghurt. Styrene juga tidak boleh digunakan untuk mengemas bahan makanan atau minuman yang panas.
Uap panas dari makanan akan memicu rekasi kimia terjadi lebih cepat. Zat benzen yang sudah bereaksi akan masuk kedalam tubuh hingga akhirnya terakumulasi selama bertahun tahun. Akibatnya akan menimbulkan kerusakan pada sumsum tulang belakang, menyebabkan anemia dan bahkan mengurangi produksi sel darah merah yang sangat dibutuhkan tubuh.
Zat ketiga yang tidak kalah bahayanaya adalah carsinogen yang dapat mengakibatkan kanker. Carsinogen akan lebih berbahaya bila pemakai wadah styrofoam digunakan berulang-ulang karena carsinogen mudah larut. Seperti diketahui carsinogen adalah zat beracun penyebab kanker.
Ingin menghindari bahaya styrofoam? Jangan lupa membawa wadah makanan atau minuman sendiri saat anda ingin membeli makanan di luar rumah. Terdengar merepotkan memang. Namun dibanding ancaman kesehatan yang mengintai membawa wadah makanan atau minuman sendiri bisa jadi solusi.