"Lah, kalau sudah dipantau tetapi tidak segera diambil tindakan atau yang mereka sebut sebagai 'preventive strike', terus buat apa diceritakan? Pak Wiranto sudah tertusuk," ujar Fahmi.
Apalagi, Kapolri Jenderal Tito Karnavian telah jauh-jauh hari menyampaikan mantan Ketua Umum Partai Hanura itu menjadi target pembunuhan. Selain Wiranto, Kapolri juga menyebut nama Luhut, Budi Gunawan, dan Gories Mere menjadi target dari aksi yang sama.
"Dari peran Wiranto dan berbagai pernyataannya belakangan ini, tentu dapat dipahami mengapa Wiranto menjadi target potensial," katanya.
Pengamat teroris dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi |
Mengenai anggapan Badan Inteligen Negara (BIN) kecolongan dalam insiden yang menimpa Wiranto, Khairul menegaskan tugas BIN tidak sampai dipenindakan. BIN sekedar menyampaikan informasi kepada Polri untuk meningkatkan kewaspadaan di lapangan. Misalnya, menginformasikan lebih dini terdapat sel kelompok teror yang sedang dipantau dan disinyalir sedang aktif, dengan penanda tertentu.
"BIN juga bisa merekomendasikan agar pengamanan ring satu diperketat, dengan personel yang lebih selektif dan mumpuni sebagai antisipasi serangan di area publik. Jika sudah dilakukan, BIN benar. Bukan mereka yang kecolongan, tapi ada koordinasi yang tidak berjalan sebagaimana mestinya," tandas Fahmi.
Sebagaimana telah luas diberitakan, Wiranto ditusuk SA alias Abu Rara saat melakukan kunjungan kerja di Pandeglang, Banten, pada Kamis (10/10) sekitar pukul 11.50 WIB. Wiranto menderita dua luka tusukan di bagian depan tubuhnya.
Selain Wiranto, Kapolsek Menes Kompol Daryanto ikut terluka. Dia diserang oleh Fitria, istri penusuk Wiranto. Fitria berpura-pura bersalaman, lalu melakukan penyerangan.//c