Suarajatim.com - Saat ini Polisi tengah mengembangkan penyelidikan kasus raibnya dana nasabah Bank Rakyat Indonesia atau BRI Unit Ngadiluwih, di Kediri, Jawa Timur. Menurut Kepala Sub Direktorat I Tindak Pidana Siber Bareskrim Mabes Polri, Komisaris Besar Irwan Anwar, dana nasabah yang hilang diduga karena adanya praktik skimming.
Irwan mengatakan skimming adalah tindakan pengkloningan data nasabah yang dilakukan hacker di mesin anjungan tunai mandiri atau ATM. Data nasabah yang dicuri itu digunakan untuk menguras rekening tabungan mereka. “Ini merupakan kelemahan di sistem perangkat perbankan,” terangnya.
Dalam praktik skimming, kata Irwan, para pelaku biasanya menempelkan alat perekam di perangkat ATM. Akibatnya data setiap nasabah yang melakukan transaksi di ATM tersebut akan terekam.
Selanjutnya para pembobol ini akan membuat ATM palsu dengan data dari nasabah yang pelaku curi. “Kelemahannya bukan di nasabah, tapi di security sistem perbankan,” tutur dia.
Irwan meminta perbankan memperkuat sistem pertahanan di ATM. Kasus seperti ini kata Irwan, juga pernah terjadi di Surabaya, Nusa Tenggara Barat, dan Bali.
Kepala Unit Cyber Crime Polda Bali Kompol I Wayan Wisnawa, yang pernah mengungkap dua kasus skimming di Bali membagikan tips untuk mencegah makin banyaknya korban skimming.
Menurut Wisnawa, setidaknya ada lima tips yang bisa dipakai oleh nasabah bank agar tak menjadi korban skimming.
Pertama, hati-hati menekan nomor rahasia (PIN) karena kadang pelaku memasang kamera tersembunyi untuk mengetahui password korban.
Kedua, hindari menggunakan ATM di daerah redup atau sepi karena pelaku mudah memasang alat skimming di tempat pengawasan yang lemah. Ketiga, periksa saldo rekening secara teratur, apabila ada penarikan uang yang aneh segera laporkan ke pihak bank.
Keempat, jangan terlalu sering mengakses akun bank Anda, karena jika terlalu sering akan semakin rentan dibobol.
Kelima, daftarkan setiap transaksi menggunakan dua jenis otentikasi di bank Anda.//cw
Irwan mengatakan skimming adalah tindakan pengkloningan data nasabah yang dilakukan hacker di mesin anjungan tunai mandiri atau ATM. Data nasabah yang dicuri itu digunakan untuk menguras rekening tabungan mereka. “Ini merupakan kelemahan di sistem perangkat perbankan,” terangnya.
Dalam praktik skimming, kata Irwan, para pelaku biasanya menempelkan alat perekam di perangkat ATM. Akibatnya data setiap nasabah yang melakukan transaksi di ATM tersebut akan terekam.
Selanjutnya para pembobol ini akan membuat ATM palsu dengan data dari nasabah yang pelaku curi. “Kelemahannya bukan di nasabah, tapi di security sistem perbankan,” tutur dia.
Irwan meminta perbankan memperkuat sistem pertahanan di ATM. Kasus seperti ini kata Irwan, juga pernah terjadi di Surabaya, Nusa Tenggara Barat, dan Bali.
Kepala Unit Cyber Crime Polda Bali Kompol I Wayan Wisnawa, yang pernah mengungkap dua kasus skimming di Bali membagikan tips untuk mencegah makin banyaknya korban skimming.
Menurut Wisnawa, setidaknya ada lima tips yang bisa dipakai oleh nasabah bank agar tak menjadi korban skimming.
Pertama, hati-hati menekan nomor rahasia (PIN) karena kadang pelaku memasang kamera tersembunyi untuk mengetahui password korban.
Kedua, hindari menggunakan ATM di daerah redup atau sepi karena pelaku mudah memasang alat skimming di tempat pengawasan yang lemah. Ketiga, periksa saldo rekening secara teratur, apabila ada penarikan uang yang aneh segera laporkan ke pihak bank.
Keempat, jangan terlalu sering mengakses akun bank Anda, karena jika terlalu sering akan semakin rentan dibobol.
Kelima, daftarkan setiap transaksi menggunakan dua jenis otentikasi di bank Anda.//cw