"Pembekalan mengenai literasi keuangan bisa dilakukan pada saat mereka sedang menjalani pelatihan dan saat mereka sudah berhenti bekerja," tandasnya.
Literasi keuangan, menurut Hizkia, diperlukan agar remitansi yang dikirimkan dari luar negeri juga bisa dimanfaatkan optimal dalam rangka meningkatkan tingkat kesejahteraan anggota keluarga mereka.
Ia menegaskan, para pekerja migran harus tahu bagaimana menyimpan penghasilan yang aman, bagaimana mengelola penghasilan tersebut, misalnya untuk modal usaha serta biaya pendidikan anak.
Selain pembekalan mengenai literasi keuangan, Hizkia juga menginginkan agar para pekerja migran juga harus dibekali keterampilan kerja.
Hal tersebut, lanjutnya, akan sangat berguna saat mereka memutuskan untuk kembali ke Tanah Air dan tidak bekerja lagi di luar negeri.
"Pembekalan keterampilan kerja juga diharapkan bisa menciptakan para wirausahawan baru yang turut serta menggerakkan perekonomian tempat tinggalnya dan ikut menciptakan lapangan kerja," ucapnya.
BNP2TKI mencatat nilai remitansi pekerja migran Indonesia terus mengalami penurunan. Pada 2015 nilainya mencapai 9,42 miliar dolar AS, atau menurun dibanding 8,85 miliar dolar pada 2016.
Sedangkan pada periode Januari hingga September 2017, jumlah remitansi yang dihasilkan mencapai 6,5 miliar dolar AS atau setara dengan 88,620 triliun.//cw